LAMONGAN, Radar Lamongan – Jumlah lembaga yang terdampak banjir masih fluktiatif. Kini terdata, sebanyak 66 lembaga pendidikan SD/ MI terdampak luapan Sungai Bengawan Solo, dengan kondisi setiap sekolah berbeda-beda
Kepala Dinas Pendidikan Lamongan Munif Syarif membenarkan, untuk jumlah lembaga terdampak masih naik-turun. Karena ada lembaga yang hanya terdampak beberapa ruang kelasnya. Sehingga masih bisa pembelajaran tatap muka. Namun, pihaknya sudah menyampaikan kepada kepala sekolah, agar memantau perkembangan setiap lembaga.
‘’Kita terus komunikasi, jika tidak memungkinkan pembelajaran offline bisa online (daring, Red), kita bantu untuk memfasilitasi,’’ tuturnya kepada Jawa Pos Radar Lamongan.
Dia merinci, jumlah SD yang terdampak ada sekitar 35 lembaga. Data ini yang seratus persen menyelenggarakan pembelajaran daring. Laporan sementara, ada beberapa yang masih bisa tatap muka, karena kondisinya memungkinkan untuk digunakan belajar mengajar.
‘’Kalau masih memungkinkan untuk tatap muka, kita maksimalkan, agar pembelajaran jangan sampai terganggu,’’ ucapnya.
Meski secara daring, terang Munif, pembelajaran tetap berjalan lancar. Apalagi, terdapat kurikulum merdeka, yang mengharuskan guru terus menggali dan mendampingi potensi siswa.
Sehingga, peran aktif guru dibutuhkan untuk kemajuan pendidikan di Lamongan. Salah satu yang dilakukan agar pembelajaran berjalan normal, yakni guru melakukan kunjungan dan pendampingan supaya siswa tetap bisa belajar.
‘’Kita usahakan agar anak tetap mendapatkan pendidikan sesuai tahapannya,’’ imbuhnya.
Munif mendorong kepala sekolah dan guru untuk terus aktif memantau perkembangan anak didiknya. ‘’Kepala sekolah agar memantau, khususnya mereka yang akses rumahnya sulit,’’ ujarnya. (rka/ind)