LAMONGAN, Radar Lamongan – Jalan Lamongrejo tak terlalu padat, kemarin siang (3/3). Di tengah kendaraan berseliweran di kawasan tertib lalu lintas (KTL) tersebut, tampak Brigadir Muklasyin Arif Ansori sedang sibuk menenteng sangkar burung. Anggota Polres Lamongan tersebut memiliki hobi beternak, sekaligus beternak murai batu. Disela aktivitasnya sebagai abdi negara, dia dengan cekatan membudidayakan burung dengan nama latin copsychus malabaricus tersebut.
‘’Perawatan yang baik berpengaruh pada penetasan yang maksimal,’’ tutur pria berusia 28 tahun ini.
Ini bukan hobi baru yang digelutinya. Pria yang akrab disapa Muklas ini sejak kecil sudah hobi memelihara burung cendet. Sedangkan, beternak cendet sudah ditekuninya sejak masih duduk di bangku SMA, yakni sekitar Tahun 2010. Namun, Muklas terpaksa menjual seluruh burung murai pada Tahun 2012, saat menjalani pendidikan sebagai anggota Polri.
Ketertarikannya dalam merawat murai batu kembali tumbuh pada Tahun 2020 lalu. Awalnya, dia membeli indukan bagus dari Bojonegoro, dengan tujuan diikutkan berbagai kontes. Muklas mengakui murai batu tersebut kerap menjuarai berbagai kontes.
‘’Dari situlah, saya akhirnya berpikiran menghentikan lomba kicau dan menjadikan sebagai indukan ternak,’’ ucapnya.
Muklas mendapatkan penghasilan tambahan yang lumayan dari hobinya tersebut. Kini, dia memiliki dua indukan yang produktif bertelur. Untuk membedakan jantan dan betina burung murai batu cukup mudah. Jantan cirinya bulu ekor lebih panjang dari betina. Selain itu, pejantan memiliki warna bulu lebih cerah dan mengkilap. Dia mengamati, setiap betina hendak bertelur, biasanya ekornya sering bergerak saat sedang diam.
‘’Setiap kali bertelur, satu indukan rata-rata menghasilkan tiga telur,’’ imbuhnya.
Proses bertelur hingga menetas, membutuhkan waktu sekitar 14 hari. Selama sekitar 30 hari, anakan diberi makan indukan. Selanjutnya, anakan ditaruh di kandang terpisah dan diberi makan sendiri. Muklas sudah menjual sejumlah murai batu hasil penangkarannya. Konsumennya tidak hanya dari daerah di Jawa Timur, tapi juga sejumlah daerah di Jawa Barat hingga Jakarta.
‘’Untuk harga bervariasi, mulai Rp 2,5 juta hingga Rp 6 juta per ekor. Tergantung bagus atau tidak anakannya,’’ terang Muklas. (mal/ind)
