LAMONGAN, Radar Lamongan – Target pendapatan asli daerah (PAD) sektor pariwisata masih minim. Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Lamongan mencatat realisasi PAD pariwisata tahun lalu sebesar Rp 5 miliar deviden, dari target sebesar Rp 13 miliar.
Kepala Bapenda Lamongan, Pujo Broto Iriawan mengatakan, target tahun ini disesuaikan dengan realisasi sebelumnya yakni Rp 6 miliar. Artinya target PAD pariwisata tahun ini dipangkas lebih dari separo, jika dibandingkan tahun lalu.
Target disesuaikan karena masih masa pemulihan paska pandemi. Sehingga sektor pariwisata yang dikelola swasta, kunjungannya belum mengalami kenaikan signifikan. ‘’Kalau dibandingkan Tahun 2021, sudah lebih baik. Tapi biasanya untuk obyek wisata yang dikelola swasta targetnya lebih besar,” tuturnya kepada Jawa Pos Radar Lamongan, kemarin (3/3).
Menurut dia, untuk obyek wisata yang dikelola swasta tetap membayar PAD atau pembagian laba perusahaan kepada pemegang saham. Sedangkan, sumbangsih terbanyak didapatkan dari WBL dan Maharani Zoo dan Goa (Mazoogo). Meski belum memenuhi target, tapi dua obyek wisata ini sudah mulai pulih.
‘’Kalau untuk target, memang belum terpenuhi. Tapi sudah lebih baik dibandingkan saat pandemic, yang harus tutup dan masa transisi,” imbuhnya.
Obyek wisata harus berbenah agar bisa menarik kunjungan. Inovasi dibutuhkan, karena persaingan makin kompetitif. Sehingga, untuk obyek wisata lama harus memiliki strategi untuk menarik minat pengunjung.
Marketing WBL dan Mazoogo Juli Tri Wahyuningtiyas mengatakan, untuk kunjungan di dua obyek wisata belum mengalami kenaikan signifikan. Terjadi petumbuhan jika dibandingkan saat masa transisi Tahun 2021. Sebab, sebelumnya ada pembatasan akibat pandemi Covid-19.
Kini, diakuinya, kondisi sudah mulai normal. Namun, kenaikannya tidak seperti saat sebelum pandemi. ‘’Kalau sebelum pandemi Covid-19, kunjungan dari sekolah sangat banyak. Sekarang ada, tapi belum signifikan,” ucapnya.
Juli mengaku, kunjungan masih banyak lokalan sekitar Jawa Timur. Terkait harga tiket, menyesuaikan hari libur nasional, weekend, atau weekday. Karena pada beberapa obyek wisata, dilengkapi dengan beberapa hiburan. Hal itu membuat harga tiketnya berbeda. Sedangkan, untuk pemeliharaan fasilitas tetap dilakukan sehingga aman.
‘’Meski pandemic, pemeliharaan satwa dan fasilitas tetap jalan. Masalah kunjungan mungkin karena masih peralihan,” terangnya. (rka/ind)