LAMONGAN, Radar Lamongan – Petani tebu Lamongan bisa tersenyum. Harga tebu yang tahun lalu Rp 65 ribu per kuintal, sekarang Rp 69.500 untuk rendemen 7 ke bawah.
Ketua Asosiasi Petani Tebu Lamongan, Kacung Purwanto, menjelaskan, harga tebu ada kenaikan karena kebutuhan pabrik tinggi. Selain itu, kualitas tebu juga baik. ‘’Kalau untuk harga bisa lebih tinggi di atas rendemen 7, bahkan bisa tembus Rp 80 ribu,” jelasnya.
Karena harga berpihak, lanjut dia, petani bersemangat untuk tanam lagi. Saat ini, wilayah tanam masih tersebar di Kecamatan Sambeng, Modo, Sukorame, Bluluk, Ngimbang, Mantup, dan Kembangbahu. Di wilayah Sambeng, 60 persen lahannya sudah panen. Diperkirakan akhir bulan ini semua petani tebu sudah panen.
Menurut Kacung, petani masih bekerjasama dengan pabrik lokal dan luar kota. Biasanya, mereka diberikan suntikan modal dari pabrik dengan kenaikan harga cukup membantu. “Karena harga tinggi cukup membantu petani untuk mendapat keuntungan,” terangnya.
Kabid Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Lamongan, Bakrudin, menuturkan, harga tebu memang tinggi tahun ini. Secara kualitas juga baik. Rata – rata, proses panen sudah 80 persen. Ada beberapa petani belum panen karena pola tanam tidak bersamaan.
Produktivitas tebu rata – rata 700 kuintal per hektare dengan luasan lahan yang ada 3.300 hektare. “Untuk perluasan masih terus dimaksimalkan supaya produktivitas juga tinggi,” tuturnya. (rka/yan)