31 C
Bojonegoro
Monday, March 20, 2023

Jumlah Tenaga Kesehatan Belum Ideal

- Advertisement -

LAMONGAN, Radar Lamongan – Jumlah tenaga kesehatan hewan (paramedik) di Lamongan belum ideal. Dengan total populasi 120 ribu ternak, idealnya ada  60 paramedik. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakawan) Lamongan hanya memiliki 47 paramedik.

 

Akibat kekurangan 13 paramedik, satu petugas harus mengkover minimal 2 ribu ternak. Kepala Disnakawan Lamongan, Moch Wahyudi, menjelaskan, penanganan penyakit mulut dan kuku (PMK) masih melibatkan dokter hewan yang praktik mandiri.

 

‘’Artinya penanganan untuk pengecekan rutin dan pemberian obat-obatan tetap petugas dinas. Tapi, penanganan untuk penurunan risiko penularan dengan pemantauan tetap melibatkan dari mandiri,” jelasnya.

- Advertisement -

 

Wahyudi mengatakan, dinasnya sudah mengajukan dukungan tenaga dari PDHI ke provinsi. Sebab, penularan PMK bisa melalui orang, benda, dan hewan. Mobilisasi dengan hewan yang sakit harus diawasi ketat. “Sementara untuk isolasi di kandang masing-masing dan tidak terpusat,” terangnya.

 

Dari 120 ribu ternak sapi, kambing, domba, dan unggas, paling berisiko tertular PMK adalah sapi. Apalagi, penjual biasanya mengabaikan ternak saat transaksi. Sebagian ternak sakit dan belum divaksin ikut dijual.

 

Peternak sebaiknya memisahkan ternak yang baru dibeli dengan ternak yang sudah lama tinggal untuk menurunkan risiko. ‘Sebaiknya dipisah karena untuk jumlah kasus masih di atas 100, sehingga kita yang harus lebih waspada pencegahannya,” tutur Wahyudi.  (rka/yan)

LAMONGAN, Radar Lamongan – Jumlah tenaga kesehatan hewan (paramedik) di Lamongan belum ideal. Dengan total populasi 120 ribu ternak, idealnya ada  60 paramedik. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakawan) Lamongan hanya memiliki 47 paramedik.

 

Akibat kekurangan 13 paramedik, satu petugas harus mengkover minimal 2 ribu ternak. Kepala Disnakawan Lamongan, Moch Wahyudi, menjelaskan, penanganan penyakit mulut dan kuku (PMK) masih melibatkan dokter hewan yang praktik mandiri.

 

‘’Artinya penanganan untuk pengecekan rutin dan pemberian obat-obatan tetap petugas dinas. Tapi, penanganan untuk penurunan risiko penularan dengan pemantauan tetap melibatkan dari mandiri,” jelasnya.

- Advertisement -

 

Wahyudi mengatakan, dinasnya sudah mengajukan dukungan tenaga dari PDHI ke provinsi. Sebab, penularan PMK bisa melalui orang, benda, dan hewan. Mobilisasi dengan hewan yang sakit harus diawasi ketat. “Sementara untuk isolasi di kandang masing-masing dan tidak terpusat,” terangnya.

 

Dari 120 ribu ternak sapi, kambing, domba, dan unggas, paling berisiko tertular PMK adalah sapi. Apalagi, penjual biasanya mengabaikan ternak saat transaksi. Sebagian ternak sakit dan belum divaksin ikut dijual.

 

Peternak sebaiknya memisahkan ternak yang baru dibeli dengan ternak yang sudah lama tinggal untuk menurunkan risiko. ‘Sebaiknya dipisah karena untuk jumlah kasus masih di atas 100, sehingga kita yang harus lebih waspada pencegahannya,” tutur Wahyudi.  (rka/yan)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

Suka Dengerin Musik Rock

Harga Kebutuhan Pokok Masih Stabil


/