30.7 C
Bojonegoro
Tuesday, June 6, 2023

Suami Istri Lulusan SMP, Saling Temperamental

- Advertisement -

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Menjalin hubungan rumah tangga acap kali dihadapkan dengan persoalan. Meski bisa diselesaikan kepala dingin, namun ketidakmampuan berpikir jernih membuat seseorang melampiaskan dengan emosi. Seperti dialami DF (nama samaran) dan suaminya AM. Selama lima tahun menjalani pernikahan, hubungan rumah tangganya sering gonjang-ganjing.

 

Pasangan sama-sama menyelesaikan pendidikan SMP tersebut terlihat manis di awal, tapi hubungan mereka kandas karena seringnya berselisih. Sang suami diduga temperamental dan sering berlaku kasar. Sementara menurut suami, istrinya juga berlaku temperamental. Akhirnya menjelang Ramadan kemarin, DF mengajukan gugatan cerai di Pengadilan Agama (PA) Bojonegoro.

 

Panitera PA Sholikin Jamik mengatakan, salah satu faktor tingginya angka perceraian selain karena faktor ekonomi, juga akibat tinglat pendidikan rendah.

- Advertisement -

 

Seperti kasus tersebut, kurangnya keilmuan membuat seseorang tidak bisa berpikir matang menghadapi persoalan, atau kesulitan mencari jalan keluar. ‘’Akhirnya bila tidak mampu menghadapi masalah, dilampiaskan emosi,” jelasnya kemarin (27/3).

 

Sholikin mengimbau bila memutuskan menikah perlu diimbangi kematangan berpikir, atau setidaknya memiliki pendidikan memadai. ‘’Rerata kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dialami pasangan dengan pendidikan rendah,” bebernya. (dan/rij)

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Menjalin hubungan rumah tangga acap kali dihadapkan dengan persoalan. Meski bisa diselesaikan kepala dingin, namun ketidakmampuan berpikir jernih membuat seseorang melampiaskan dengan emosi. Seperti dialami DF (nama samaran) dan suaminya AM. Selama lima tahun menjalani pernikahan, hubungan rumah tangganya sering gonjang-ganjing.

 

Pasangan sama-sama menyelesaikan pendidikan SMP tersebut terlihat manis di awal, tapi hubungan mereka kandas karena seringnya berselisih. Sang suami diduga temperamental dan sering berlaku kasar. Sementara menurut suami, istrinya juga berlaku temperamental. Akhirnya menjelang Ramadan kemarin, DF mengajukan gugatan cerai di Pengadilan Agama (PA) Bojonegoro.

 

Panitera PA Sholikin Jamik mengatakan, salah satu faktor tingginya angka perceraian selain karena faktor ekonomi, juga akibat tinglat pendidikan rendah.

- Advertisement -

 

Seperti kasus tersebut, kurangnya keilmuan membuat seseorang tidak bisa berpikir matang menghadapi persoalan, atau kesulitan mencari jalan keluar. ‘’Akhirnya bila tidak mampu menghadapi masalah, dilampiaskan emosi,” jelasnya kemarin (27/3).

 

Sholikin mengimbau bila memutuskan menikah perlu diimbangi kematangan berpikir, atau setidaknya memiliki pendidikan memadai. ‘’Rerata kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dialami pasangan dengan pendidikan rendah,” bebernya. (dan/rij)

Artikel Terkait

Most Read

DPRD Bekerja untuk Kesejahteraan Rakyat

Gelar Misa Dua Kali

Jajanan Kedaluwarsa Rawan Beredar

Artikel Terbaru


/