24.2 C
Bojonegoro
Thursday, June 1, 2023

Tertinggi di Kecamatan Tambakrejo

232 Sapi Terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku di Bojonegoro

- Advertisement -

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Sapi yang terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK) di Bojonegoro tercatat 232 ekor. Tersebar di 23 kecamatan. Kecamatan Tambakrejo menjadi wilayah terbanyak terjangkit PMK, totalnya 28 ekor sapi teinfeksi.

 

Menurut Kasatreskrim Polres Bojonegoro AKP Girindra Wardana Akbar Ramadhani, sampai saat ini sudah ditemukan 232 ekor sapi terjangkit PMK. Sesuai hasil pemeriksaan laboratorium.

 

“Penambahan perhari sekitar 39 kasus,” ungkapnya.

- Advertisement -

 

Girindra menjelaskan, sapi terjangkit PMK tersebar di 23 kecamatan. Tertinggi di Kecamatan Tambakrejo 28 kasus. Rerata penyebaran berasal dari proses lalu lintas tata niaga ternak.

 

Camat Tambakrejo Zenny Bachtiyar membenarkan, sebanyak 28 sapi di kecamatannya terjangkit PMK. Kasus pertama ditemukan sejak 13 Mei lalu. Kemudian terus bertambah.

 

Setelah ditemukan kasus PMK pengobatan dan isolasi ternak langsung dilakukan. Selain itu, kandang disempot disinfektan. Sosialiasi pencegahan dan penanganan juga digelar.

 

“Setiap hari (sapi terinfeksi PMK) kami periksa, diberi vitamin, dan tiga hari sekali disuntik anti biotik,” ujarnya.

 

Dosen Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena Tuban Awaludin Ridwan mengatakan, sebelumnya mendapat informasi jika ada sapi mengalami gejala mirip PMK. Kemudian sampel diambil dan dikirim ke laboratorium.

 

Ketika sudah ditemukan kasus PMK di Bojonegoro, lockdown wilayah harus dilakukan. Untuk mencegah penyebaran sapi terinfeksi PMK semakin luas.

Selain itu, disinfektan menjadi hal yang wajib dilakukan. Baik disinfektan kandang hingga orang-orang yang berinteraksi dengan ternak.

 

“Menambah edukasi masyarakat tentang PMK juga harus dilakukan,” tegasnya.

Sementara itu, Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Bojonegoro Sugiharti Sri Rahayu mengatakan, di Bojonegoro sudah ditemukan kasus PMK. Sampel diambil dan diperiksa di laboratorium hasilnya positif.

 

Sampel diambil pada 15 Mei lalu. Kemudian hasilnya baru keluar 19 Mei. Sebab, perlu waktu untuk melakukan uji laboratorium.

 

“Bojonegoro dinyatakan positif berdasar surat dari laboratorium,” jelasnya kemarin (30/5).

 

Menurut Sugiharti, kasus PMK di Bojonegoro sudah menyebar luas di beberapa kecamatan. Total sapi yang terjangkit mencapai 232 ekor. Berdasar data mulai 14 Mei hingga 28 Mei lalu.

 

“Sekitar 66 ekor menuju sembuh, sudah mulai mau makan,” ujarnya.

 

Sugiharti menjelaskan, munculnya kasus PMK di Bojonegoro rerata bermula dari peternak yang membeli sapi baru dari pasar hewan. Padahal di pasar banyak ternak dari luar kota berkumpul.

 

“Dibawa pulang ke kandang peternak, kemudian menular ke sapi yang sudah ada di kandang,” ujarnya. (irv/msu)

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Sapi yang terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK) di Bojonegoro tercatat 232 ekor. Tersebar di 23 kecamatan. Kecamatan Tambakrejo menjadi wilayah terbanyak terjangkit PMK, totalnya 28 ekor sapi teinfeksi.

 

Menurut Kasatreskrim Polres Bojonegoro AKP Girindra Wardana Akbar Ramadhani, sampai saat ini sudah ditemukan 232 ekor sapi terjangkit PMK. Sesuai hasil pemeriksaan laboratorium.

 

“Penambahan perhari sekitar 39 kasus,” ungkapnya.

- Advertisement -

 

Girindra menjelaskan, sapi terjangkit PMK tersebar di 23 kecamatan. Tertinggi di Kecamatan Tambakrejo 28 kasus. Rerata penyebaran berasal dari proses lalu lintas tata niaga ternak.

 

Camat Tambakrejo Zenny Bachtiyar membenarkan, sebanyak 28 sapi di kecamatannya terjangkit PMK. Kasus pertama ditemukan sejak 13 Mei lalu. Kemudian terus bertambah.

 

Setelah ditemukan kasus PMK pengobatan dan isolasi ternak langsung dilakukan. Selain itu, kandang disempot disinfektan. Sosialiasi pencegahan dan penanganan juga digelar.

 

“Setiap hari (sapi terinfeksi PMK) kami periksa, diberi vitamin, dan tiga hari sekali disuntik anti biotik,” ujarnya.

 

Dosen Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena Tuban Awaludin Ridwan mengatakan, sebelumnya mendapat informasi jika ada sapi mengalami gejala mirip PMK. Kemudian sampel diambil dan dikirim ke laboratorium.

 

Ketika sudah ditemukan kasus PMK di Bojonegoro, lockdown wilayah harus dilakukan. Untuk mencegah penyebaran sapi terinfeksi PMK semakin luas.

Selain itu, disinfektan menjadi hal yang wajib dilakukan. Baik disinfektan kandang hingga orang-orang yang berinteraksi dengan ternak.

 

“Menambah edukasi masyarakat tentang PMK juga harus dilakukan,” tegasnya.

Sementara itu, Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Bojonegoro Sugiharti Sri Rahayu mengatakan, di Bojonegoro sudah ditemukan kasus PMK. Sampel diambil dan diperiksa di laboratorium hasilnya positif.

 

Sampel diambil pada 15 Mei lalu. Kemudian hasilnya baru keluar 19 Mei. Sebab, perlu waktu untuk melakukan uji laboratorium.

 

“Bojonegoro dinyatakan positif berdasar surat dari laboratorium,” jelasnya kemarin (30/5).

 

Menurut Sugiharti, kasus PMK di Bojonegoro sudah menyebar luas di beberapa kecamatan. Total sapi yang terjangkit mencapai 232 ekor. Berdasar data mulai 14 Mei hingga 28 Mei lalu.

 

“Sekitar 66 ekor menuju sembuh, sudah mulai mau makan,” ujarnya.

 

Sugiharti menjelaskan, munculnya kasus PMK di Bojonegoro rerata bermula dari peternak yang membeli sapi baru dari pasar hewan. Padahal di pasar banyak ternak dari luar kota berkumpul.

 

“Dibawa pulang ke kandang peternak, kemudian menular ke sapi yang sudah ada di kandang,” ujarnya. (irv/msu)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/