- Advertisement -
Radar Tuban – Belum banyak kriya yang memanfaatan keindahan benang wol yang dijahit pada media kanvas. Di Tuban, mungkin baru Gaitsa Farah Najla Aida satu satunya seniman embroidery atau sulam kanvas yang menerjuni.
Diwawancarai Jawa Pos Radar Tuban, Gaitsa mengatakan, ide membuat kriya tersebut muncul pada Januari 2021. Dari awal peluncuran karyanya, pembeli dan pemesan pun mengalir. Pada bulan pertama penjualan, dara 17 tahun itu mengaku mampu meraup omzet Rp 900 ribu. Jumlah itu baginya sudah banyak karena baru awal merintis.
Pada kriyanya, Gaitsa tidak hanya menggunakan benang wol saja, namun juga goresan cat lukis pada sudut kanvas. Tujuannya agar warna yang dihasilkan tidak hanya hitam dan putih.
Siswi kelas XI SMAN 1 Tuban ini menawarkan karya seninya berukuran paling kecil Rp 30 ribu dan ukuran paling besar Rp 60 ribu. Mayoritas pembeli dari kalangan pelajar di Tuban. Sebagian dari luar Tuban. Salah satunya dari Jawa Tengah.
Gaitsa memanfaatkan media sosial untuk memasarkan hasil karyanya. Banyak konsumen yang memesan untuk hadiah ulang tahun maupun dekorasi pertunangan dan pernikahan.
- Advertisement -
‘’Kalau untuk pernikahan biasa nya pesannya banyak, tidak cuma satu,’’ tuturnya. Dara yang berdomisili di Perumdin Semen Gresik ini menekuni dunia seni sejak SD. Sekarang ini, kegemarannya itu dapat diinovasikan untuk menghasilkan perpaduan karya lukis dan menjahit.
Radar Tuban – Belum banyak kriya yang memanfaatan keindahan benang wol yang dijahit pada media kanvas. Di Tuban, mungkin baru Gaitsa Farah Najla Aida satu satunya seniman embroidery atau sulam kanvas yang menerjuni.
Diwawancarai Jawa Pos Radar Tuban, Gaitsa mengatakan, ide membuat kriya tersebut muncul pada Januari 2021. Dari awal peluncuran karyanya, pembeli dan pemesan pun mengalir. Pada bulan pertama penjualan, dara 17 tahun itu mengaku mampu meraup omzet Rp 900 ribu. Jumlah itu baginya sudah banyak karena baru awal merintis.
Pada kriyanya, Gaitsa tidak hanya menggunakan benang wol saja, namun juga goresan cat lukis pada sudut kanvas. Tujuannya agar warna yang dihasilkan tidak hanya hitam dan putih.
Siswi kelas XI SMAN 1 Tuban ini menawarkan karya seninya berukuran paling kecil Rp 30 ribu dan ukuran paling besar Rp 60 ribu. Mayoritas pembeli dari kalangan pelajar di Tuban. Sebagian dari luar Tuban. Salah satunya dari Jawa Tengah.
Gaitsa memanfaatkan media sosial untuk memasarkan hasil karyanya. Banyak konsumen yang memesan untuk hadiah ulang tahun maupun dekorasi pertunangan dan pernikahan.
- Advertisement -
‘’Kalau untuk pernikahan biasa nya pesannya banyak, tidak cuma satu,’’ tuturnya. Dara yang berdomisili di Perumdin Semen Gresik ini menekuni dunia seni sejak SD. Sekarang ini, kegemarannya itu dapat diinovasikan untuk menghasilkan perpaduan karya lukis dan menjahit.