BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Upaya pengentasan kemiskinan Bojonegoro butuh evaluasi menyeluruh dan menjadi prioritas kinerja pemerintah daerah. Sebab, nilai APBD Bojonegoro yang besar seharusnya mampu mengakselerasi pengentasan kemiskinan.
“Evaluasi tim penanggulangan kemiskinan ini harus benar-benar membedah satu per satu akar permasalahannya,” kata Peneliti Poverty Resource Center Initiative (PRCI) Aw Syaiful Huda kemarin (27/10).
Dia mengatakan, penyebab kemiskinan itu multidimensi. Baik fakor pendidikan, kesehatan, budaya, sumber daya manusia, dan sebagainya. “Penanggulangan kemiskinan itu strateginya harus tepat,” tutur Awe, sapaan akrabnya.
Upayanya menempatkan pengentasan kemiskinan sebagai prioritas pembangunan. Pengindentifikasian berbasis data valid. Sehingga bisa dianalisa secara detail penyebab kemiskinan serta di mana saja letak orang miskin. “Juga penting adanya sinergisitas lintas sektor. Libatkan juga pengusaha, masyarakat, perguruan tinggi, dan media,” bebernya.
Dilihat dari data kemiskinan, menurut Awe, mayoritas orang bekerja di sektor pertanian, baik buruh tani maupun petani. Jadi pemerintah perlu meningkatkan kesejahteraan di sektor pertanian. Sebab, pembangunan sektor pertanian itu sangat kompleks. Mulai dari persoalan keterbatasan lahan, modal, pupuk, irigasi, cuaca, dan bencana alam.
“Juga perihal kemandirian harga hingga persoalan keterbatasan pengetahuan dan keterampilan petani,” imbuhnya.
Selain itu, sektor usaha mikro dan koperasi juga harus diperhatikan. Belanja daerah harus secara optimal melibatkan usaha mikro dan koperasi. “Jadi membangun perputaran ekonomi dengan memaksimalkan potensi lokal,” ucapnya.
Berdasar data dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur jumlah penduduk miskin di Bojonegoro meningkat, sebanyak 166 ribu jiwa, dibanding tahun sebelumnya. Terdapat peningkatan jumlah penduduk miskin sekitar 5.000 jiwa.
Bojonegoro menduduki peringkat ke-11 dari 38 kabupaten dan kota di Jawa Timur.
Sementara jika dilihat berdasar persentase, tingkat kemiskinan Bojonegoro pada 2021 sekitar 13,27 persen, dibanding tahun sebelumnya sebesar 12,87 persen, maka ada peningkatan angka kemisikinan sekitar 0,4 persen.
Lalu, tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan di Bojonegoro pada 2021 pun meningkat. Indeks Kedalaman Kemiskinan Bojonegoro pada 2021 mencapai 1,88, meningkat dari tahun sebelumnya 1,72. Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan Bojonegoro tahun ini mencapai 0,45, meningkat dibanding tahun sebelumnya 0,35.
“Adanya peningkatan angka kemiskinan, tingkat kedalaman, dan keparahan kemiskinan ini selain disebabkan adanya pengaruh dampak pandemi Covid-19, juga bisa jadi kebijakan dan program pengentasan kemiskinan di daerah selama ini belum berjalan maksimal,” terangnya. (bgs/rij)