- Advertisement -
TUBAN, Radar Tuban – Setiap kali melintas di simpang empat Kembang Ijo, pengguna jalan kerap mencium aroma bunga kenanga. Sebaran bau tersebut bukan karena hal mistis, namun berasal dari sebuah bedak penjual bunga di tenggara simpang jalan itu. Tak banyak yang tahu kalau bunga tersebut merupakan hasil budidaya kebun kenanga di Bumi Ronggolawe. Selain dikulak pengepul untuk memasok pabrik minyak atsiri dan parfum, kembang tersebut juga dipasarkan untuk keperluan ritual budaya dan keagamaan. Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Tuban Lamidi mengatakan, perkebunan kenanga di Tuban tersebar pada wilayah Kecamatan Semanding, Soko, dan Merakurak. Total luas lahannya sekitar 132 hektare. Dia menyampaikan, lahan bunga kenanga tidak dalam satu kawasan, namun berpencar di area-area tertentu. Sebagian menempati ladang atau tegalan masyarakat. Fungsi tanaman tersebut, kata Lamidi, sebagai tanaman peneduh, bukan tanaman pokok. Kebun bunga kenanga juga bukan budidaya pekebun. Sebagian besar justru merupakan hasil warisan atau peninggalan orang tua para pekebun. Karena itu, DPKP belum bisa memproyeksikan pengembangannya. ‘’Sementara ini, belum ada wacana (pengembangan bunga kenanga, Red),’’ tegasnya.
Di Bumi Ronggolawe, sebagian hasil budidaya bunga kenanga dijual ke pabrik untuk bahan baku minyak atsiri dan parfum. Melansir artikel di rempahid. com, bunga kenanga tumbuh subur di area tropis dataran rendah. Website yang mengulik seputar tanaman bunga herbal dan rempah tersebut menu liskan, daerah terdekat dengan Kabupaten Tuban yang berhasil mengembangkan tanaman bunga ini adalah Kabupaten Gresik. Terkait pemanfaatan bunga kenanga sebagai minyak dan bahan parfum, Lamidi mengemukakan, hanya beberapa pekebun yang menjual ke pabrik pengolahan kembang tersebut. Sebagian besar justru menjual untuk keperluan ritual budaya dan keagamaan. Harganya mengikuti momentum. Pada hari biasa, 100 biji bunga kenanga hanya dihargai Rp 10 ribu. Sedangkan menjelang Idul Fitri 100 biji bisa mencapai Rp 100 ribu. Sumiati, salah satu pedagang bunga kenanga di simpang empat Kembang Ijo mengatakan, jualannya laku keras ketika peringatan megengan, Idul Fitri, dan malam Sura. Selain itu, bunga kenanga juga banyak dibeli untuk ritual nyekar. Perempuan berjilbab ini mengemukakan, penjualan bunga kenanga sangat bergan tung dengan budaya Jawa. ‘’Jika kebudayaan Jawa hilang, bunga kenanga bisa jadi tak laku,’’ tuturnya. Yang disampaikan Sumiati benar adanya. Kebudayaan Jawa sangat bertalian dengan penggunaan bunga.
TUBAN, Radar Tuban – Setiap kali melintas di simpang empat Kembang Ijo, pengguna jalan kerap mencium aroma bunga kenanga. Sebaran bau tersebut bukan karena hal mistis, namun berasal dari sebuah bedak penjual bunga di tenggara simpang jalan itu. Tak banyak yang tahu kalau bunga tersebut merupakan hasil budidaya kebun kenanga di Bumi Ronggolawe. Selain dikulak pengepul untuk memasok pabrik minyak atsiri dan parfum, kembang tersebut juga dipasarkan untuk keperluan ritual budaya dan keagamaan. Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Tuban Lamidi mengatakan, perkebunan kenanga di Tuban tersebar pada wilayah Kecamatan Semanding, Soko, dan Merakurak. Total luas lahannya sekitar 132 hektare. Dia menyampaikan, lahan bunga kenanga tidak dalam satu kawasan, namun berpencar di area-area tertentu. Sebagian menempati ladang atau tegalan masyarakat. Fungsi tanaman tersebut, kata Lamidi, sebagai tanaman peneduh, bukan tanaman pokok. Kebun bunga kenanga juga bukan budidaya pekebun. Sebagian besar justru merupakan hasil warisan atau peninggalan orang tua para pekebun. Karena itu, DPKP belum bisa memproyeksikan pengembangannya. ‘’Sementara ini, belum ada wacana (pengembangan bunga kenanga, Red),’’ tegasnya.
Di Bumi Ronggolawe, sebagian hasil budidaya bunga kenanga dijual ke pabrik untuk bahan baku minyak atsiri dan parfum. Melansir artikel di rempahid. com, bunga kenanga tumbuh subur di area tropis dataran rendah. Website yang mengulik seputar tanaman bunga herbal dan rempah tersebut menu liskan, daerah terdekat dengan Kabupaten Tuban yang berhasil mengembangkan tanaman bunga ini adalah Kabupaten Gresik. Terkait pemanfaatan bunga kenanga sebagai minyak dan bahan parfum, Lamidi mengemukakan, hanya beberapa pekebun yang menjual ke pabrik pengolahan kembang tersebut. Sebagian besar justru menjual untuk keperluan ritual budaya dan keagamaan. Harganya mengikuti momentum. Pada hari biasa, 100 biji bunga kenanga hanya dihargai Rp 10 ribu. Sedangkan menjelang Idul Fitri 100 biji bisa mencapai Rp 100 ribu. Sumiati, salah satu pedagang bunga kenanga di simpang empat Kembang Ijo mengatakan, jualannya laku keras ketika peringatan megengan, Idul Fitri, dan malam Sura. Selain itu, bunga kenanga juga banyak dibeli untuk ritual nyekar. Perempuan berjilbab ini mengemukakan, penjualan bunga kenanga sangat bergan tung dengan budaya Jawa. ‘’Jika kebudayaan Jawa hilang, bunga kenanga bisa jadi tak laku,’’ tuturnya. Yang disampaikan Sumiati benar adanya. Kebudayaan Jawa sangat bertalian dengan penggunaan bunga.