26.9 C
Bojonegoro
Monday, March 27, 2023

Butuh Waktu Ajak Petani Beralih Pupuk Organik

- Advertisement -

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Petani masih bergantung pupuk kimia atau pabrikan. Berkurangnya kuota pupuk subsidi ternyata tidak membuat penggunaan pupuk organik meningkat signifikan. Bahkan, belum ditemukan 100 persen petani memakai pupuk organik.

 

Reza Satia penjual pupuk mengatakan, hanya beberapa petani memakai pupuk organik. Rerata masih memakai pupuk kimia. Meski ada petani sebelumnya memakai pupuk organik, ternyata tetap butuh pupuk kimia. Namun, ada kelompok petani di Kecamatan Kalitidu mengajak pelatihan pembuatan pupuk organik.

 

Kepala Bidang Sarana, Prasarana dan Perlindungan Tanaman Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Retno Budi Widianti mengatakan, ketika ada pengurangan alokasi pupuk bersubsidi petani diharapkan lebih banyak memakai pupuk organik. ‘’Tapi, perlu upaya lebih untuk mengubah anggapan petani lebih menyukai pupuk kimia. Dilakukan secara masif. Serta, lebih aktif pelatihan penggunaan pupuk organik,” katanya.

- Advertisement -

 

Perbandingan penggunaan pupuk organik dan kimia tidak ada aturan baku. ‘’Di Bojonegoro belum ada 100 persen organik,” klaimnya. Hingga kini belum terdata banyaknya produsen pupuk organik.

 

Kasi Penempatan Kerja, Perluasan Kesempatan Kerja, dan Transmigrasi Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Agoestin Faridijani mengatakan, diperlukan pelatihan pembuatan pupuk organik cair seiring isu kelangkaan pupuk bersubsidi agar masyarakat beralih. Sebelumnya, gelar pelatihan pupuk organik di Kecamatan Ngambon, Dander, dan Margomulyo.

 

Deviana Diah akademisi pertanian mengatakan, bila dilihat sisi ekonomi pertanian, penggunaan pupuk organik akan menghemat biaya. Tapi, bidang pertanian sangat jarang benar-benar organik. ‘’Selama ini petani jarang menggunakan murni pupuk organik dengan alasan hasil panen tidak seperti jika menggunakan pupuk kimia,” jelasnya. (yna/rij)

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Petani masih bergantung pupuk kimia atau pabrikan. Berkurangnya kuota pupuk subsidi ternyata tidak membuat penggunaan pupuk organik meningkat signifikan. Bahkan, belum ditemukan 100 persen petani memakai pupuk organik.

 

Reza Satia penjual pupuk mengatakan, hanya beberapa petani memakai pupuk organik. Rerata masih memakai pupuk kimia. Meski ada petani sebelumnya memakai pupuk organik, ternyata tetap butuh pupuk kimia. Namun, ada kelompok petani di Kecamatan Kalitidu mengajak pelatihan pembuatan pupuk organik.

 

Kepala Bidang Sarana, Prasarana dan Perlindungan Tanaman Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Retno Budi Widianti mengatakan, ketika ada pengurangan alokasi pupuk bersubsidi petani diharapkan lebih banyak memakai pupuk organik. ‘’Tapi, perlu upaya lebih untuk mengubah anggapan petani lebih menyukai pupuk kimia. Dilakukan secara masif. Serta, lebih aktif pelatihan penggunaan pupuk organik,” katanya.

- Advertisement -

 

Perbandingan penggunaan pupuk organik dan kimia tidak ada aturan baku. ‘’Di Bojonegoro belum ada 100 persen organik,” klaimnya. Hingga kini belum terdata banyaknya produsen pupuk organik.

 

Kasi Penempatan Kerja, Perluasan Kesempatan Kerja, dan Transmigrasi Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Agoestin Faridijani mengatakan, diperlukan pelatihan pembuatan pupuk organik cair seiring isu kelangkaan pupuk bersubsidi agar masyarakat beralih. Sebelumnya, gelar pelatihan pupuk organik di Kecamatan Ngambon, Dander, dan Margomulyo.

 

Deviana Diah akademisi pertanian mengatakan, bila dilihat sisi ekonomi pertanian, penggunaan pupuk organik akan menghemat biaya. Tapi, bidang pertanian sangat jarang benar-benar organik. ‘’Selama ini petani jarang menggunakan murni pupuk organik dengan alasan hasil panen tidak seperti jika menggunakan pupuk kimia,” jelasnya. (yna/rij)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

Sita Ratusan Botol Arak Bali

PPPK Baru Belum Terima THR

Tahun Ini Normalisasi 57 Embung

Realisasi Parkir Masih Rendah


/