’’Punya kesempatan harus dimanfaatkan (APBD besar sebagai upaya menaikkan IPM).”
FIRMAN BASTIAN, Kepala BPS Bojonegoro
BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bojonegoro 2022 yang masih rendah dibanding dengan kota/kabupaten se Jatim lain tidak sepatutnya terjadi. Sebab, APBD besar menembus Rp 7 triliun dibanding kota/kabupaten lain, seharusnya IPM lebih tinggi. Meskipun menaikkan IPM ke kategori tinggi tetap perlu waktu.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bojonegoro Firman Bastian mengatakan, dengan APBD tinggi, progres pertumbuhan IPM harus lebih tinggi dari kabupaten lain. Terlebih adanya modal (APBD) punya kesempatan besar menaikkan IPM. “Punya kesempatan harus dimanfaatkan,” ungkapnya.
Perlu waktu dan konsistensi memperbaiki IPM. Selain itu, ada upaya sungguh-sungguh dari semua pihak. Diperkirakan upaya konsisten empat hingga lima tahun ke depan IPM sudah bagus. APBD tinggi, tidak serta merta IPM bisa langsung tinggi. “Tidak bisa dalam waktu cepat,” ujar Firman.
Selain itu, andilnya para praktisi dan akademisi memberi kritik dan saran menaikkan IPM dibutuhkan. Tentu, demi kemajuan Bojonegoro. Terkait adanya pihak meragukan data BPS, menurut Firman, jika mempermasalahkan data, energi akan habis. Sehingga lupa terdapat permasalahan lebih penting untuk dituntaskan. Tentu data digunakan sebagai dasar membuat program.
Salah satunya data rerata lama sekolah (RLS), masih rendahnya RLS bisa ditingkatkan pendidikan kesetaraan. Pendudukan lulusan SD bisa mengikuti program paket A, begitu pula di jenjang lainnya. “RLS yang disurvei penduduk yang sudah tidak bersekolah,” jelasnya.
Sedangkan angka harapan hidup (AHH) ditunjang sarana dan prasarana, hingga layanan kesehatan. Termasuk program kesehatan. Tentu berkaitan ketersediaan dan keaktifan puskesmas, polindes, hingga posyandu. (irv/rij)