BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Banjir luapan Bengawan Solo pada minggu lalu ternyata telah merendam seluas 705,5 hektare lahan sawah. Belum menaksir kerugian, kemungkinan gagal panen akan dikaver melalui kartu petani mandiri (KPM) dan asuransi usaha tanam padi (AUTP).
Berdasar laman Satu Data Bojonegoro, lahan sawah mencapai 83.196 hektare. Lahan irigasi 38.754 hektare dan lahan tadah hujan 42.692 hektare. Sedangkan, seluas 705,5 hektare lahan sawah terendam air banjir berdasar data DKPP. Lahan termasuk belum dan sudah panen. Sehingga, terancam gagal panen bagi yang belum.
Lahan terendam banjir tersebar di delapan belas desa, empat kecamatan. Meliputi Desa Kauman, Lebaksari, Tanggungan, Gunungsari, Kalisari, Tulungagung, Karangdayu, Pomahan, Sumuragung, Tlogoagung, Selorejo, Pucangarum, dan Kadungrejo di Kecamatan Baureno. Kemudian, Desa Kedungdowo dan Sarirejo di Kecamatan Balen. Desa Sambiroto dan Ngampel, Kecamatan Kapas. Serta, Desa Kalirejo, Kecamatan Bojonegoro. ‘’Banyak lahan terendam banjir di Kecamatan Baureno,” Kepala Bidang Sarana, Prasarana dan Perlindungan Tanaman Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Retno Budi Widianti kemarin (20/2).
Akibat banjir menyebabkan kemungkinan gagal panen dan kerugian besar. Retno mengatakan, kerugian petani akan dikaver oleh KPM dan AUTP. Apabila kerusakan dan intensitasnya mencapai 75 persen. ‘’Kalau tidak ikut KPM dan AUTP untuk ganti ruginya kami tidak bisa,” ujarnya. Ganti rugi sebesar Rp 6 juta per hektare.
Dia mengimbau petani ikut asuransi. Namun, tidak semua petani melakukan meski telah mendapat subsidi dari pemerintah pusat sebesar 60 persen dari total biaya Rp 180 ribu. Yakni Rp 144 ribu. Sehingga secara mandiri membayar premi sebesar Rp 36.000.
Asuransi tersebut mengantisipasi masalah pertanian. Meliputi kekeringan, banjir, dan hama. Belum diketahui jumlah kerugian petani akibat banjir tersebut. ‘’Belum bisa menghitung, karena saat ini tim masih di lapangan memantau potensi gagal panen,” kata Retno.
Nehru warga asal Desa Lebaksari, Kecamatan Baureno mengatakan, telah memiliki KPM dan sudah panen Sabtu (18/2) kemarin. Namun, hasil tidak maksimal. Harga gabah turun drastis. ‘’Biasanya per hektare bisa enam sampai tujuh ton. Karena banjir hanya setengahnya,” keluh pria menjabat sekretaris desa tersebut. (yna/rij)