Radar Tuban – Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Tuban kembali mengumumkan penambahan kasus positif Covid-19 yang cukup mencengangkan kemarin (16/6). Total ada penambahan kasus positif baru sebanyak 17 orang.
Rekor terbanyak kedua setelah rekor pertama pada 25 Mei lalu yang mencapai 22 orang, dengan rincian 20 kasus baru dan 2 kasus reinfeksi. Wakil sekretaris gugus tugas Bambang Priyo Utomo menyampaikan, 17 orang yang dinyatakan positif terpapar virus SARS-CoV-2 tersebut merupakan kasus baru.
Mereka berasal dari 4 klaster. Rinciannya, 7 orang dari klaster pasien positif meninggal dari Kecamatan Widang; 5 orang dari klaster Pasar Desa Leran Wetan, Kecamatan Palang, 4 orang dari klaster Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Desa/Kecamatan Palang, dan 1 orang asal Kecamatan Senori dari klaster Pasar Bojonegoro.
Khusus untuk klaster Widang tercatat sebagai klaster anyar. Bambang menyampaikan, hasil tracing yang dilakukan tim gugus tugas, klaster Widang dari salah satu pasien yang meninggal dunia dan diduga tertular dari Surabaya.
Namun, karena sudah menulari banyak orang, sehingga berpotensi menjadi klaster baru. ‘’Semua yang pernah melakukan kontak erat (dengan pasien positif baru, Red) sudah kita tracing.
Seluruhnya kita minta untuk melakukan isolasi mandiri dan langsung kita swab untuk memastikan apakah sudah terpapar atau tidak,’’ tegas Bambang kepada Jawa Pos Radar Tuban.
Diakui Bambang, penambahan 17 pasien baru itu cukup mencengangkan. Apalagi, sekarang tren penularannya tidak lagi berasal dari pasien positif yang mengalami sakit, seperti PDP.
Namun, melalui silent carrier, yakni orang tanpa gejala (OTG) yang ternyata sudah terpapar. Sehingga, sangat sulit dideteksi alur penularannya. ‘’Orang yang pernah melakukan kontak erat kita tetapkan sebagai OTG, tapi kita kan masih belum tahu apakah mereka sudah terpapar atau belum.
Karena kondisinya sehat,’’ jelas pejabat definitif kepala dinas kesehatan itu. Jika ternyata dia sudah terpapar, lanjut Bambang, maka kemungkinan besar sudah menularkan ke yang lain.
Lantas? Bambang kembali menegaskan, satu-satunya kunci untuk mencegah penularan sema kin masif adalah menegakkan protokol kesehatan. ‘’Tidak bisa ditawar lagi. Kuncinya harus benar-benar menegakkan protokol kesehatan,’’ tandas dia.