Radar Tuban – Kapal nelayan bermuatan 16 anak buah kapal (ABK) mengalami kecelakaan dan terbakar di perairan Laut Jawa pada Kamis (15/4) siang. Penyebab kecelakaan diduga akibat korsleting mesin generator. Kemarin (16/4), anak buah kapal tersebut dievakuasi dan mendarat di Tuban.
ABK yang selamat, antara lain, Ramin, Nono Cahyono, Sugeng Apriana, Agus Gunawan, Raswadi, Candra Suraya, Dede Sumantri, Didi, Agus, Sarma, Saeful, dan Caswanto, seluruhnya warga Indramayu, Jabar. Berikutnya, Supriyanto, Jaenal, dan Slamet Sanuri dari Brebes, Jateng.
Satu AKB lain, Rio Prabowo dari Subang, Jabar. Berdasarkan informasi yang di himpun Jawa Pos Radar Tuban, sesaat setelah kapal meledak dan mengeluarkan asap hitam pekat, seluruh ABK terjun ke laut. Kapal MT Queen Majesty dari Kepulauan Bangka Belitung tujuan Tuban yang melintas tak jauh dari kapal nelayan tersebut kemudian mendekat.
Kapal tanker inilah yang menyelamatkan belasan ABK tersebut dan kemudian membawanya ke Tuban. Kemarin sekitar pukul 13.00, kapal tanker tersebut tiba di pelabuhan PT Trans Pasific Petrochemical Indotama (TPPI) Tuban.
Kapolres Tuban AKBP Ruruh Wicaksono mengatakan, setelah kapal tanker bersandar di SPM 150, petugas langsung menjemput dengan dua tugboat. Dia menyampaikan, kecelakaan di tengah laut perairan Jawa Barat tersebut diinformasikan Basarnas.
Kapal MT Queen Majesty yang menyelamatkan kemudian membawanya ke pelabuhan TPPI, karena tujuan akhirnya Tuban. Lulusan Akpol 2000 ini menerangkan, evakuasi menggunakan dua tugboat.
Tugboat pertama mengangkut petugas medis untuk memeriksa kondisi kesehatan para ABK. Kapal kedua meng angkut tim Basarnas untuk keperluan evakuasi. Sesampai di darat, Ruruh meminta dilakukan pengecekan kesehatan dan tes genose kepada semua awak kapal. ‘’Itu untuk memastikan yang bersangkutan sehat tidak terpapar Covid-19,’’ tegasnya.
Aswandi, salah satu ABK asal Indramayu mengatakan, api kali pertama diketahui muncul dari kamar mesin generator. Sesaat kemudian terjadi letusan di bagian mesin. Ketika insiden tengah malam tersebut berlangsung, kata dia, seluruh ABK tengah terlelap tidur.
Setelah terdengar letusan, lanjut Aswandi, api membesar hingga melahap semua bagian kapal. Karena panik, 4 ABK berhasil mengambil pelampung dan menceburkan diri ke laut. ABK lain terjung ke laut dan menga pung di atas busa. Selang beberapa jam, kata dia, datang kapal tanker yang melintas. ‘’Kapal inilah yang menyelamatkan kita,’’ ungkapnya.
Dia menyampaikan, kapal yang dikemudikan terbakar setelah 64 hari melaut. Sekali melaut, kapal nelayan ini berada di tengah samudra selama empat bulan.