- Advertisement -
BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Ngabuburit dengan ragam penjual takjil di Alun-Alun Bojonegoro atau sekitar Masjid Darussalam terancam sepi. Beredar surat untuk kepala desa (kades)/lurah wilayah Kecamatan Bojonegoro Kota agar menginformasikan kepada para pedagang takjil untuk menempati Pasar Wisata. Surat tersebut diterbitkan Camat Bojonegoro Muchlisin Andi Irawan kemarin (16/3).
Para pedagang takjil diarahkan daftar di kantor Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro (Disdagkop UM). Di surat itu mengimbau agar pedagang takjil tidak berjualan di pinggir jalan alun-alun maupun jalan lainnya. Jadi selama Ramadan diharapkan berjualan di Pasar Wisata mulai 23 Maret sampai 21 April saat ngabuburit mulai pukul 14.00 hingga 17.30.
Jawa Pos Radar Bojonegoro mengonfirmasi Kepala Disdagkop UM Sukaemi melalui sambungan telepon dan pesan singkat WhatsApp. Juga sudah menghubungi Camat Bojonegoro Muchlisin Andi Irawan serta Kades Kauman Yulia Purwaningtyasari melalui sambungan telepon. Namun, belum ada respons.
- Advertisement -
Ovin, salah satu pedagang di sekitar Alun-Alun Bojonegoro mengaku belum tahu adanya imbauan tersebut. Kalaupun ada imbauan tersebut, ia merasa keberatan. Karena gerobak dagangannya itu didorong. Jadi kalau harus berjualan di Pasar Wisata tentu jaraknya terlalu jauh dari rumahnya.
‘’CFD (car free day) di stadion saja kami tidak pindah. Karena repot dorong gerobaknya kalau jaraknya jauh,” katanya.
Hal senada dikatakan Hardi, bahwa kawasan alun-alun itu strategis untuk berjualan. Meski terpaksa harus kucing-kucingan dengan petugas satpol PP. ‘’Lebih nyaman berjualan di alun-alun,” terangnya.
Terpisah, Kades Campurejo Edi Sampurno menilai surat edaran itu berupa imbauan. Jadi ia akan tetap mengimbau, namun tetap dikembalikan kepada para pedagang. ‘’Sebab harapannya kan momen Ramadan bisa jadi ladang menambah rezeki untuk rayakan Lebaran. Para pedagang pasti lebih tahu di mana lokasi strategis yang mana mendekatkan diri dengan konsumen,” jelasnya. (bgs/rij)
BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Ngabuburit dengan ragam penjual takjil di Alun-Alun Bojonegoro atau sekitar Masjid Darussalam terancam sepi. Beredar surat untuk kepala desa (kades)/lurah wilayah Kecamatan Bojonegoro Kota agar menginformasikan kepada para pedagang takjil untuk menempati Pasar Wisata. Surat tersebut diterbitkan Camat Bojonegoro Muchlisin Andi Irawan kemarin (16/3).
Para pedagang takjil diarahkan daftar di kantor Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Mikro (Disdagkop UM). Di surat itu mengimbau agar pedagang takjil tidak berjualan di pinggir jalan alun-alun maupun jalan lainnya. Jadi selama Ramadan diharapkan berjualan di Pasar Wisata mulai 23 Maret sampai 21 April saat ngabuburit mulai pukul 14.00 hingga 17.30.
Jawa Pos Radar Bojonegoro mengonfirmasi Kepala Disdagkop UM Sukaemi melalui sambungan telepon dan pesan singkat WhatsApp. Juga sudah menghubungi Camat Bojonegoro Muchlisin Andi Irawan serta Kades Kauman Yulia Purwaningtyasari melalui sambungan telepon. Namun, belum ada respons.
- Advertisement -
Ovin, salah satu pedagang di sekitar Alun-Alun Bojonegoro mengaku belum tahu adanya imbauan tersebut. Kalaupun ada imbauan tersebut, ia merasa keberatan. Karena gerobak dagangannya itu didorong. Jadi kalau harus berjualan di Pasar Wisata tentu jaraknya terlalu jauh dari rumahnya.
‘’CFD (car free day) di stadion saja kami tidak pindah. Karena repot dorong gerobaknya kalau jaraknya jauh,” katanya.
Hal senada dikatakan Hardi, bahwa kawasan alun-alun itu strategis untuk berjualan. Meski terpaksa harus kucing-kucingan dengan petugas satpol PP. ‘’Lebih nyaman berjualan di alun-alun,” terangnya.
Terpisah, Kades Campurejo Edi Sampurno menilai surat edaran itu berupa imbauan. Jadi ia akan tetap mengimbau, namun tetap dikembalikan kepada para pedagang. ‘’Sebab harapannya kan momen Ramadan bisa jadi ladang menambah rezeki untuk rayakan Lebaran. Para pedagang pasti lebih tahu di mana lokasi strategis yang mana mendekatkan diri dengan konsumen,” jelasnya. (bgs/rij)