Aditya Halindra Faridzky, 28, tercatat sebagai salah satu dari sembilan calon kepala daerah termuda (usia di bawah 35 tahun) di Indonesia. Putra Bupati Tuban periode 2001- 2011 Haeny Relawati Rini Widyastuti itu berpeluang besar meneruskan kepemimpinan ibunya di pemerintahan Tuban setelah unggul dalam hitung cepat.
ZAKKI TAMAMI, Radar Tuban
Bagaimana dengan ketua tim penggerak PKK nantinya? Pertanyaan tersebut dilontarkan host sebuah stasiun televisi swasta nasional ketika wawacara live dengan Lindra, panggilan akrab Aditya Halindra Faridzky, Sabtu (12/12).
Pertanyaan tersebut kemungkinan bakal sering diterima cabup yang perolehan sementara suaranya unggul dalam hitung cepat Pilkada Tuban, Rabu (9/12). Itu karena sosoknya sebagai calon kepala daerah masih terlalu muda, 28 tahun. Statusnya pun lajang.
Ketika Jawa Pos Radar Tuban menyampaikan pertanyaan yang sama, Lindra menjawab normatif. ‘’Tentang rencana menikah, belum ada. Jodoh terbaik, saya percaya akan diberikan Allah SWT,’’ ujar pemuda kelahiran 15 April 1992 itu via telepon.
Penampilan Lindra sebagai generasi milenial begitu melekat. Tiga kali mengikuti debat publik di stasiun JTV Surabaya, cabup nomor urut dua itu selalu mengenakan jaket varsity kuning dengan setrip hitam dan putih di lengannya.
Celananya pensil dan sepatu pantofel. Ketika menggunakan hak pilihnya di TPS, Lindra juga tampil dengan penampilan khasnya tersebut. Begitu juga dalam sejumlah acara formal lainnya. Bahkan, jaket yang sama dikenakannya pada foto baliho dan atribut pilkada lainnya.
Trendy fashion style tersebut ditunjang dengan tata rambutnya yang model oppa korea. Benar-benar khas anak muda kekinian. Karir Lindra di dunia politik memang terbilang masih baru. Namun, dia sudah mengenal politik sejak kecil. Persisnya sejak ibunya Haeny Relawati Rini Widyastuti terjun di dunia politik di era 80-an.
Mulai menjadi wakil ketua DPRD Tuban, ketua DPRD Tuban, hingga bupati Tuban periode 2001-2011. ‘’Saya terjun di dunia politik mulai usia 19 tahun,’’ tutur cabup pasangan Riyadi yang diusung Partai Golkar, Partai Demokrat, dan PKS itu.
Diawali dari Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) yang kemudian menjadi wakil ketua di DPD Golkar Tuban. Mulai 2016 hingga sekarang, dia menjabat ketua DPD Partai Golkar Tuban. Lindra mengatakan, dirinya memutuskan maju dalam pilkada karena ingin berkarya dan bermanfaat untuk orang banyak. Juga mencatatkan nama saya dalam sejarah yang baik seperti ibunya.
‘’Saya ingin membuktikan bahwa usia muda tidak menjadi hambatan untuk meraih cita-cita. Anak muda mampu,’’ ungkap anak ketiga dari empat bersaudara itu.
Lindra mengungkapkan ketika dirinya bertekad maju mengikuti kontestasi pilkada, orang tua dan keluarganya sangat mendukung. Bahkan, kata dia, mereka selalu memberikan ilmu sekaligus nasihat kepadanya untuk selalu berpikir sebelum bertindak dan menjadikan pengalaman sebagai pembelajaran. Baik pengalaman sendiri maupun pengalaman keluarganya.
Lindra berprinsip, selalu mencari kekurangan kepada diri sendiri dan kelebihan orang lain adalah pegangannya. ‘’Alhamdulilah semua berjalan lancar (saat proses pencalonan hingga sekarang),’’ ucap dia.
Disinggung tentang kebesaran nama ibunya Haeny Relawati Rini Widyastuti, Lindra tak memungkiri bahwa hasil kepemimpinan ibunya di pemerintahan Tuban sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Hal itu yang memacu dirinya untuk berbuat sama dengan ibunya. Disinggung tentang obsesi memimpin Bumi Wali ke depan, dia mengungkapkan, ingin mewujudkan pembangunan berimbang. Memperhatikan kearifan lokal dan merata serta memberi manfaat untuk kesejahteraan masyarakat.
‘’Saya berdoa, semoga apabila karya nyata kepemimpinan di Tuban ini baik dan bermanfaat untuk masya rakat, maka akan berpengaruh baik, seiring dengan kemajuan Partai Golkar di Tuban,’’ ujar dia.
Lindra menyelesaikan pendidikan SD hingga SMP di Tuban. Setelah lulus SMPN 1 Tuban, dia melanjutkan pendidikan di SMA Taruna Nusantara Magelang. Di sekolah tersebut, dia berkiprah dalam kepengurusan OSIS.
Setelah lulus, Lindra melanjutkan kuliah di Universitas Gajah Mada (UGM) selama setahun. Setelah itu, dia meneruskan di Universitas Airlangga Surabaya. Selama kuliah, Lindra diberi amanah sebagai komisaris CV Sembilan-Sembilan, PT Sembilan-Sembilan Tuban Perdana, dan PT Ariesta Tuban hingga sekarang.