Hasil tes seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) tahun 2021 sudah diumumkan. Sebanyak 184.942 siswa dinyatakan lulus. Dan, Madrasah Aliyah (MA) Ash-Shomadiyah Tuban kembali berbangga. Empat siswanya dinyatakan lulus dalam seleksi SBMPTN tersebut.
Bagi sekolah rakyat seperti MA Ash-Shomadiyah dengan input siswa yang beragam dan dengan sarana-prasarana yang terbatas, serta latar belakang siswa yang mayoritas dari keluarga kurang mampu, sehingga tidak mungkin mengikuti bimbel. Tentu, keberhasilan MA Ash-Shomadiyah dalam mengantarkan siswanya lulus SBMPTN adalah sesuatu yang sangat istimewa.
Ini sekaligus membuktikan bahwa sekolah rakyat seperti Ash-Shomadiyah mampu bersaing dan sejajar dengan sekolah unggulan. Di balik kesuksesan MA Ash-Shomadiyah yang konsisten setiap tahun melahirkan lulusan yang menembus PTN tersebut, ada sosok kepala sekolah yang hebat dan visioner. Dia adalah Riza Shalahuddin Habibi, SH., M.A.P. Bagaimana kisah dan perjalanannya encetak lulusan yang hebat? Berikut hasil wawancaranya Jawa Pos Radar Tuban.
Sejak kapan MA Ash-Shomadiyah mulai konsisten mengantarkan lulusannya masuk PTN?
Tepatnya mulai 2008. Sejak saat itu, setiap tahun kita konsisten mengantarkan siswa kita lulus tes SBMPTN. Dan, alhamdulillah, dari total siswa kita yang ikut seleksi, rata-rata 35-40 persen lulus.
Konsep apa yang Anda pakai hingga akhirnya setiap tahun sukses mengan tarkan lulus MA Ash-Shomadiyah masuk PTN?
Bagi sekolah unggulan, lulus SBMPTN menjadi hal yang biasa. Tapi, bagi MA Ash-Shomadiyah ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Ibaratnya, sekolah dengan input siswa yang bagus, lalu menghasilkan output siswa yang bagus, lulus SBMPTN dengan mudah, itu lumrah. Apalagi, rata-rata siswa sekolah unggulan yang lulus SBMPTN itu ditunjang dengan program bimbingan belajar (bimbel), yang biayanya juga mahal. Sehingga, lengkap sudah persiapan siswa dari sekolah unggulan untuk mengikuti tes SBMPTN.
Tapi, bukan berarti sekolah rakyat seperti Ash-Shomadiyah tidak bisa bersaing dengan mereka Rifda Syahdila (Pend. Bahasa & Sastra Indonesia UTM) Wawancara dengan Riza Shalahuddin Habibi, SH., M.A.P., Kepala MA Ash-Shomadiyah Tuban Kiat Sukses Antarkan Siswanya Tembus SBMPTN hingga Kritik Keras kepada Pemkab (sekolah unggulan). Dan, kita sudah membuktikan. Kita mampu bersaing dengan mereka dengan cara kita sendiri.
MA Ash-Shomadiyah memiliki program sanlat (pesantren kilat) SBMPTN bagi santri yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Dan, alhamdulillah, sejak 2008 sanlat digelar, 30-40 persen siswa kita yang ikut tes SBMPTN selalu lulus.
Ash-Shomadiyah dikenal sebagai sekolah rakyat. Maksud sekolah rakyat itu apa, Gus?
Ash-Shomadiyah menjamin pendidikan dasar secara gratis bagi siapa pun yang tidak mampu. Komitmen kami, jangan sampai ada anak yang tidak bisa mengenyam pendidikan dasar 12 tahun hingga jenjang aliyah hanya gara-gara persoalan biaya. Ash-Shomadiyah hadir untuk itu (menjamin pendidikan dasar).
Kalau ada orang tua yang tidak bisa menyekolahkan anaknya karena faktor biaya, silakan datang ke Ash-Shomadiyah, kami jamin pendidikan secara gratis. Tidak memandang golongan, suku, agama, maupun ras. Semua memiliki hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Sayangnya, pemerintah daerah kita sendiri sangat kurang memperhatikan pendidikan.
Maksud Anda, Pemkab Tuban kurang peduli terhadap pendidikan, seperti itu?
Betul sekali. Selama 20 tahun berganti rezim, tidak ada apresiasi dari pemerintah daerah di bidang pendidikan. Kalah jauh dengan kabupaten tetangga seperti Bojonegoro dan Lamongan, yang cukup peduli dengan pendidikan. Pemkab Bojonegoro misalnya. Bagi siswa yang lulus SBMPTN mendapat beasiswa dari pemkab, baik beasiswa scientis maupun di luar program scientis. Luar biasanya lagi, beasiswa itu diberikan untuk setiap desa bagi siswa yang masuk perguruan tinggi negeri. Lamongan juga demikian, dari zaman bupati Masfuk hingga bupati Fadli, dan bupati sekarang. Bagi siswa tidak mampu yang lulus SBMPTN dibantu biaya pendidikannya. Sementara Tuban. Jangan tanya. Dua kali berganti rezim tidak ada beasiswa untuk siswa tidak mampu yang masuk perguruan tinggi negeri.
Selain sebagai pendidik, Anda juga dikenal sebagai pemerhati kebijakan pemerintah. Kritik untuk Pemkab Tuban?
Sebenarnya kritik terhadap Pemkab Tuban terkait pendidikan ini sudah lama saya sampaikan. Sampai capek saya, tapi tidak pernah diperhatikan. Saya sudah sering menyampaikan, bagaimana IPM (indeks pembangunan manusia) Tuban mau mengalahkan Bojonegoro dan Lamongan, kalau peduli terhadap siswa-siswa yang berprestasi saja tidak.
Ash-Shomadiyah bisa menjadi standar siswa miskin yang berprestasi. Mereka (para siswa Ash-Shomadiyah) yang lulus SBMPTN itu semua berasal dari keluarga tidak mampu. Tapi, tidak pernah sekalipun menerima beasiswa dari pemkab. Kami usaha sendiri. Dari minta bantuan yang bisa kami mintai bantuan, hingga iuran siswa dan guru. Semua demi anak-anak agar tetap bisa melanjutkan kuliah.
Sebentar lagi bupati akan ganti. Apa yang menjadi harapan Anda untuk bupati terpilih, Mas Lindra (Aditya Halindra Faridzky) dan wakilnya, Pak Riyadi?
Tegas saya sampaikan. Jika ingin IPM Kabupaten Tuban minimal mampu bersaing dengan Bojonegoro dan Lamongan, pemimpin itu harus peduli dengan pendidikan. Kebijakan-kebijakan harus pro dengan pendidikan. Berikan beasiswa bagi siswa berperstasi, terutama bagi yang tidak mampu. Berikan hibah kepada sekolah yang sukses mencetak generasi unggul untuk mengembangkan pendidikan.
Kalau perlu, menjalin kontrak pendidikan dengan lembaga sekolah. Siswa-siswa yang berprestasi itu diberikan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, setelah itu kembali ke Tuban untuk bersama membangun Kabupaten Tuban. Saya yakin, jika pemkab peduli dengan siswa-siswa yang berprestasi, IPM Tuban akan tinggi dan menjadi kabupaten yang maju, karena siswa-siswa yang berprestasi ini harus kembali ke Tuban dan ikut membangun Tuban.