BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Luas areal lahan padi belum terlampaui. Berdasar data dinas ketahanan pangan dan pertanian (DKPP), musim tanam ini luas arealnya mencapai 102.212 hektare. Tahun ini targetnya mencapai 153.250 hektare.
‘’Musim tanam ini berlangsung Oktober sampai Maret. Luasan yang kami capai itu,’’ ujar Kabid Tanaman Pangan dan Holtikultura Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Imam Nurhamid Arifin.
Imam optimistis target itu bakal tercapai. Sebab, saat ini petani masih musim tanam kedua. Terutama lahan dekat dengan Sungai Bengawan Solo. ‘’Jadi, areal lahan itu masih kemungkinan besar bertambah,’’ tuturnya.
Tahun lalu, lanjut Imam, luasan areal tanam padi adalah 151.872 hektare. Luasan itu naik dibanding tahun sebelumnya yakni, 150.000 haktare.
Saat ini, panen raya padi sudah berakhir. Petani mulai melakukan tanam kedua. Harga gabah saat ini kisaran Rp 3.700 per kilogram. Harga itu naik dan turun sesuai kondisi pasar. Selama ini harga gabah petani memang di luar kendali pemerintah.
Harga sepenuhnya tergantung pasar. Saat pasokan melimpah, harga akan mengalami penurunan. Sehingga, harga itu masih bisa berubah-ubah sesuai kondisi pasar. ‘’Kami tidak bisa intervensi harga. Kami hanya bisa mengatur luasan lahan tanam,’’ jelasnya.
Imam menjelaskan, puncak panen raya padi terjadi Febaruari-Maret. Bulan ini petani sudah mulai tanam kedua. Namun, tidak semua petani melakukan tanam kedua. Hanya petani yang sawahnya memiliki irigasi yang baik yang tanam. ‘’Lahan tadah hujan rata-rata tidak,’’ jelasnya.
Wakil Ketua Komisi B DPRD Sigit Kushariyanto mengatakan, masalah turunnya harga gabah saat panen raya adalah masalah klasik. Karena itu, pihaknya mendorong pemkab segera mengaktifkan BUMD Pangan Mandiri. Sebab, BUMD baru itu dibentuk untuk menstabilkan harga komoditas pertanian.
‘’Pemkab harus segera membentuk manajemennya,’’ tuturnya. (zim/rij)