- Advertisement -
BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Peternak sapi di Kecamatan Sekar dan Ngasem, semakin khawatir dengan serangan penyakit lumpy skin disease (LSD). Virus menular tersebut kian menjangkiti sapi. Penyakit ini ditandai munculnya benjolan pada kulit sapi.
Kemarin (15/3) sedikitnya dua warga asal Desa Klino Kecamatan Sekar diresahkan kondisi sapi miliknya timbul benjolan pada leher, punggung, dan perut. ‘’Sudah ada yang melaporkan, namun jumlahnya masih proses pendataan,” kata Kasi Pemerintahan Desa Klino Darmaji.
Usman, pemilik sapi asal Desa Klino mengatakan, saat ini sudah ada 10 sapi di desanya diketahuinya mengalami benjolan, tapi belum bisa dipastikan penyakitnya karena belum ada penanganan. ‘’Beberapa warga juga bingung karena belum ada penanganan apa-apa,” ungkapnya.
- Advertisement -
Imam Bukori, salah satu pemilik sapi asal Kecamatan Ngasem juga merasakan dampak sama. Dia resah keadaan sapi miliknya karena penyakit tersebut sebelumnya tidak pernah menjangkit. ‘’Benjolan hampir rata, dan sampai saat ini belum tahu solusinya,” ungkapnya.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Bojonegoro Catur Rahayu mengatakan, saat ini sudah dilakukan berbagai upaya pencegahan virus LSD. Disnakkan bekerja sama dengan kepolisian terkait penyekatan angkutan hewan ternak khusunya sapi. ‘’Langkah pengobatannya melalui disinfektasi di pasar hewan dan kandang milik warga. Juga penyuluhan peternak,” ujarnya. (dan/rij)
BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Peternak sapi di Kecamatan Sekar dan Ngasem, semakin khawatir dengan serangan penyakit lumpy skin disease (LSD). Virus menular tersebut kian menjangkiti sapi. Penyakit ini ditandai munculnya benjolan pada kulit sapi.
Kemarin (15/3) sedikitnya dua warga asal Desa Klino Kecamatan Sekar diresahkan kondisi sapi miliknya timbul benjolan pada leher, punggung, dan perut. ‘’Sudah ada yang melaporkan, namun jumlahnya masih proses pendataan,” kata Kasi Pemerintahan Desa Klino Darmaji.
Usman, pemilik sapi asal Desa Klino mengatakan, saat ini sudah ada 10 sapi di desanya diketahuinya mengalami benjolan, tapi belum bisa dipastikan penyakitnya karena belum ada penanganan. ‘’Beberapa warga juga bingung karena belum ada penanganan apa-apa,” ungkapnya.
- Advertisement -
Imam Bukori, salah satu pemilik sapi asal Kecamatan Ngasem juga merasakan dampak sama. Dia resah keadaan sapi miliknya karena penyakit tersebut sebelumnya tidak pernah menjangkit. ‘’Benjolan hampir rata, dan sampai saat ini belum tahu solusinya,” ungkapnya.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Bojonegoro Catur Rahayu mengatakan, saat ini sudah dilakukan berbagai upaya pencegahan virus LSD. Disnakkan bekerja sama dengan kepolisian terkait penyekatan angkutan hewan ternak khusunya sapi. ‘’Langkah pengobatannya melalui disinfektasi di pasar hewan dan kandang milik warga. Juga penyuluhan peternak,” ujarnya. (dan/rij)