- Advertisement -
KEBERHASILAN menanam kopi di Desa Tlogohaji, patut disebarkan ke petani lainnya. Lilik Budi Witoyo mengundang petani-petani pinggir hutan yaitu Kecamatan Temayang dan Sekar. Karena di wilayah pinggir hutan ada banyak lahan bisa dimanfaatkan menanam kopi.
Budi sapaannya ingin mendorong dan mengajak petani pinggir hutan melirik pohon kopi. Karena kopi bukan lagi kebutuhan sekunder. Kini kopi sudah menjadi kebutuhan primer, jadi tidak sulit jual hasil panen kopi.
Budi siap memberikan bibit kopi secara gratis kepada para petani ingin tanam kopi. Ada ribuan bibit kopi siap ia salurkan. “Kuncinya pengolahan tanah agar subur serta pohon penaung guna mencegah terik matahari di Bojonegoro,” katanya.
- Advertisement -
Agus Salim mengatakan, lebih baik dirinya gila sekarang dari gila di kemudian hari. Di mana ada niat kemauan, ternyata sebuah ide gila punya kopi asli Bojonegoro terwujud. Ide gila ini direplikasi petani-petani lain. Minimal coba menanam kopi di pekarangan rumah dulu. “Kebanggaan tersendiri ketika sekarang Bojonegoro punya kopi,” jelasnya.
Padahal, secara teori kopi robusta lebih cocok ditaman di tanah 100-600 Mdpl, kopi arabika di tanah 1.000-2.000 Mdpl, kopi liberika di tanah 0-900 Mdpl, sedangkan kopi excelsa di tanah 0-600 Mdpl. (bgs/rij)
KEBERHASILAN menanam kopi di Desa Tlogohaji, patut disebarkan ke petani lainnya. Lilik Budi Witoyo mengundang petani-petani pinggir hutan yaitu Kecamatan Temayang dan Sekar. Karena di wilayah pinggir hutan ada banyak lahan bisa dimanfaatkan menanam kopi.
Budi sapaannya ingin mendorong dan mengajak petani pinggir hutan melirik pohon kopi. Karena kopi bukan lagi kebutuhan sekunder. Kini kopi sudah menjadi kebutuhan primer, jadi tidak sulit jual hasil panen kopi.
Budi siap memberikan bibit kopi secara gratis kepada para petani ingin tanam kopi. Ada ribuan bibit kopi siap ia salurkan. “Kuncinya pengolahan tanah agar subur serta pohon penaung guna mencegah terik matahari di Bojonegoro,” katanya.
- Advertisement -
Agus Salim mengatakan, lebih baik dirinya gila sekarang dari gila di kemudian hari. Di mana ada niat kemauan, ternyata sebuah ide gila punya kopi asli Bojonegoro terwujud. Ide gila ini direplikasi petani-petani lain. Minimal coba menanam kopi di pekarangan rumah dulu. “Kebanggaan tersendiri ketika sekarang Bojonegoro punya kopi,” jelasnya.
Padahal, secara teori kopi robusta lebih cocok ditaman di tanah 100-600 Mdpl, kopi arabika di tanah 1.000-2.000 Mdpl, kopi liberika di tanah 0-900 Mdpl, sedangkan kopi excelsa di tanah 0-600 Mdpl. (bgs/rij)