25.2 C
Bojonegoro
Thursday, June 1, 2023

Larangan Membeli Pertalite dengan Jeriken

Penjual BBM Eceran di Bojonegoro Kelabakan

- Advertisement -

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Sejak adanya larangan pembelian bahan bakar minyak (BBM) pertalite dengan jeriken membuat penjual eceran kelabakan. Penjual eceran tidak lagi bisa menjual pertalite, padahal banyak diminati pemilik kendaraan.

 

Beberapa penjual eceran akhirnya menjual pertamax. Namun, ada juga menyiasati membeli pertalite di SPBU membawa motor roda tiga dan mengisinya dengan penuh. Selanjutnya pertalite disedot dan diecer.

 

“Sekarang tidak bisa beli pakai jeriken. Kalau mengisi ke SPBU membawa motor roda tiga diisi full kemudian dikeluarkan dan diecer,” ujar penjual eceran di salah satu desa Kecamatan Dander tidak ingin disebutkan namanya.

- Advertisement -

 

Dia terpaksa tetap menyedikan pertalite dengan siasat tersebut, meski lebih sedikit dibanding sebelumnya. Dia tetap mengusahakan agar pertalite tetap ada di tempatnya. “Penjual-penjual eceran seperti kami ini kesulitan,” jelasnya.

 

Kebijakan SPBU tidak melayani jeriken begitu berdampak terhadap sedikitnya pembeli. Sebab warga desa lebih memilih membeli pertalite dibanding pertamax. “Kalau pembeli pertamax ya ada, tapi sedikit, apalagi saat ini harganya sudah naik,” jelasnya.

 

Hal sama dialami Samiadi, warga Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander. Saat ini hanya menjual pertamax. Ia pernah vakum dua hari sejak ada kebijakan larangan pembelian pertalite menggunakan jeriken. “Semenjak kebijakan itu (larangan membawa jeriken), berat bagi penjual eceran,” jelasnya.

 

Imbasnya, menurut dia, penjualan BBM di lokasinya turun drastis. Penjualan dua jeriken sekitar 30 liter pertamax sulit habis. Padahal, sebelum ada kebijakan, ia menyetok 5 sampai 6 jeriken. Setiap jeriken berisi 35 liter pertalite. “Terasa banget penjualan menurun, saya hanya ambil untung Rp 1.000 per liternya,” jelasnya.

 

Dari harga beli pertamax Rp 12.500 per liter, Samiadi menjual kembali dengan harga Rp 13.500 per liter. Jumlah tersebut menurutnya bisa lebih mahal jika di pedagang eceran menggunakan botol. Bisa sampai Rp 15 ribu per liter. (luk/rij)

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Sejak adanya larangan pembelian bahan bakar minyak (BBM) pertalite dengan jeriken membuat penjual eceran kelabakan. Penjual eceran tidak lagi bisa menjual pertalite, padahal banyak diminati pemilik kendaraan.

 

Beberapa penjual eceran akhirnya menjual pertamax. Namun, ada juga menyiasati membeli pertalite di SPBU membawa motor roda tiga dan mengisinya dengan penuh. Selanjutnya pertalite disedot dan diecer.

 

“Sekarang tidak bisa beli pakai jeriken. Kalau mengisi ke SPBU membawa motor roda tiga diisi full kemudian dikeluarkan dan diecer,” ujar penjual eceran di salah satu desa Kecamatan Dander tidak ingin disebutkan namanya.

- Advertisement -

 

Dia terpaksa tetap menyedikan pertalite dengan siasat tersebut, meski lebih sedikit dibanding sebelumnya. Dia tetap mengusahakan agar pertalite tetap ada di tempatnya. “Penjual-penjual eceran seperti kami ini kesulitan,” jelasnya.

 

Kebijakan SPBU tidak melayani jeriken begitu berdampak terhadap sedikitnya pembeli. Sebab warga desa lebih memilih membeli pertalite dibanding pertamax. “Kalau pembeli pertamax ya ada, tapi sedikit, apalagi saat ini harganya sudah naik,” jelasnya.

 

Hal sama dialami Samiadi, warga Desa Ngumpakdalem, Kecamatan Dander. Saat ini hanya menjual pertamax. Ia pernah vakum dua hari sejak ada kebijakan larangan pembelian pertalite menggunakan jeriken. “Semenjak kebijakan itu (larangan membawa jeriken), berat bagi penjual eceran,” jelasnya.

 

Imbasnya, menurut dia, penjualan BBM di lokasinya turun drastis. Penjualan dua jeriken sekitar 30 liter pertamax sulit habis. Padahal, sebelum ada kebijakan, ia menyetok 5 sampai 6 jeriken. Setiap jeriken berisi 35 liter pertalite. “Terasa banget penjualan menurun, saya hanya ambil untung Rp 1.000 per liternya,” jelasnya.

 

Dari harga beli pertamax Rp 12.500 per liter, Samiadi menjual kembali dengan harga Rp 13.500 per liter. Jumlah tersebut menurutnya bisa lebih mahal jika di pedagang eceran menggunakan botol. Bisa sampai Rp 15 ribu per liter. (luk/rij)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/