28.7 C
Bojonegoro
Monday, March 27, 2023

Tengkulak Pilih Jual Beras ke Luar Kota

Jadi Penghasil Beras, tapi Harga Tetap Tinggi

- Advertisement -

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Hasil pertanian padi di Bojonegoro terus meningkat. Bahkan, urutan tiga se Jawa Timur sebagai produsen padi terbanyak. Namun, identitas produsen beras, ternyata harga beras masih tetap naik. Warga mengeluh harga beras belum kungjung turun sejak Desember lalu. Sementara, hasil panen padi di pertanian Bojonegoro ternyata dibeli tengkulak dan dijual ke luar daerah.

 

Erna salah satu agen di Pasar Beras Banjarejo mengatakan, saat ini harga beras medium paling murah sekitar Rp 9.000 hingga Rp 9.200 per kilogram (kg). Beras premium Rp 12.000 per kg. Sedangkan harga beras baru berasal dari petani lokal saat ini Rp 10.000.  Dia mengatakan, beras dijual di tokonya berasal dari pabrik, tapi juga ada dari hasil panen petani lokal di Bojonegoro.

 

Adi penjual beras di Pasar Banjarejo mengatakan, tahun ini kenaikan beras tertinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sejak Desember 2022, harga beras mengalami kenaikan antara Rp 200 hingga Rp 250 hampir setiap harinya.‘’Harga beras medium awalnya Rp 9.500, mengalami kenaikan hingga Rp 11.000,’’ bebernya. Ia memprediksi harga beras akan turun satu minggu mendatang. ‘’Tetapi masih ada kemungkinan akan naik lagi,’’ jelasnya.

- Advertisement -

 

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, pada 2021 Bojonegoro menjadi  produsen beras tertinggi ketiga. Produksi beras mencapai 396 415,76 ton. Hanya kalah dari Lamongan dengan 462 327,10 ton dan Ngawi 470 252,90 ton.

 

Sedangkan, berdasar data BPS Bojonegoro, produksi beras pada 2021 mencapai 389.182 ton. Namun, konsumsi beras hanya 135.752 ton. Sehingga masih surplus sekitar 253.430 ton.

 

Salah satu tengkulak padi di Kecamatan Dander mengatakan, gabah didapat dari hasil petani lokal selalu disetor ke luar kota. Yakni, Jember, Jombang, dan Kediri. Harga gabah di luar Bojonegoro lebih tinggi dibanding di daerah. ‘’Meski jika disetor ke luar kota terdapat biaya operasional, juga BBM, tapi tetap untung disetor di luar kota,’’ jelasnya.

 

Dia menambahkan, kebanyakan tengkulak melakukan hal sama. Yakni, memilih setorkan gabah ke luar kota. ‘’Baru sisanya diproduksi sendiri, disetor di daerah Bojonegoro berupa pecah kulit. Terkadang dijual di pasaran,’’ jelasnya. (ewi/irv/rij)

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Hasil pertanian padi di Bojonegoro terus meningkat. Bahkan, urutan tiga se Jawa Timur sebagai produsen padi terbanyak. Namun, identitas produsen beras, ternyata harga beras masih tetap naik. Warga mengeluh harga beras belum kungjung turun sejak Desember lalu. Sementara, hasil panen padi di pertanian Bojonegoro ternyata dibeli tengkulak dan dijual ke luar daerah.

 

Erna salah satu agen di Pasar Beras Banjarejo mengatakan, saat ini harga beras medium paling murah sekitar Rp 9.000 hingga Rp 9.200 per kilogram (kg). Beras premium Rp 12.000 per kg. Sedangkan harga beras baru berasal dari petani lokal saat ini Rp 10.000.  Dia mengatakan, beras dijual di tokonya berasal dari pabrik, tapi juga ada dari hasil panen petani lokal di Bojonegoro.

 

Adi penjual beras di Pasar Banjarejo mengatakan, tahun ini kenaikan beras tertinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sejak Desember 2022, harga beras mengalami kenaikan antara Rp 200 hingga Rp 250 hampir setiap harinya.‘’Harga beras medium awalnya Rp 9.500, mengalami kenaikan hingga Rp 11.000,’’ bebernya. Ia memprediksi harga beras akan turun satu minggu mendatang. ‘’Tetapi masih ada kemungkinan akan naik lagi,’’ jelasnya.

- Advertisement -

 

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, pada 2021 Bojonegoro menjadi  produsen beras tertinggi ketiga. Produksi beras mencapai 396 415,76 ton. Hanya kalah dari Lamongan dengan 462 327,10 ton dan Ngawi 470 252,90 ton.

 

Sedangkan, berdasar data BPS Bojonegoro, produksi beras pada 2021 mencapai 389.182 ton. Namun, konsumsi beras hanya 135.752 ton. Sehingga masih surplus sekitar 253.430 ton.

 

Salah satu tengkulak padi di Kecamatan Dander mengatakan, gabah didapat dari hasil petani lokal selalu disetor ke luar kota. Yakni, Jember, Jombang, dan Kediri. Harga gabah di luar Bojonegoro lebih tinggi dibanding di daerah. ‘’Meski jika disetor ke luar kota terdapat biaya operasional, juga BBM, tapi tetap untung disetor di luar kota,’’ jelasnya.

 

Dia menambahkan, kebanyakan tengkulak melakukan hal sama. Yakni, memilih setorkan gabah ke luar kota. ‘’Baru sisanya diproduksi sendiri, disetor di daerah Bojonegoro berupa pecah kulit. Terkadang dijual di pasaran,’’ jelasnya. (ewi/irv/rij)

Artikel Terkait

Most Read

Suka Bertemu Orang Baru

Alokasi Elpiji Belum Ditetapkan

Artikel Terbaru

Ingin Jadi Akuntan

Sudah Terima Nama 623 CJH

Tayub Blora Masih Eksis


/