Masyarakat Tuban tidak boleh jadi penonton! Mereka harus menyambut industrialisasi itu. Misi itulah yang diemban H. Setiajit, SH MM dalam menghadapi rencana pembangunan kilang Grass Root Refinery (GRR) di Jenu dan kawasan industri terpadu Tuban dengan pelabuhan internasionalnya.
Selaku kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jatim yang juga koordinator Satgas Percepatan Kesempatan Berusaha Bidang Infrastruktur di Jawa Timur, Setiajit berusaha meletakkan pondasi yang kuat agar tenaga kerja (naker) lokal ikut merasakan berkah megaproyek dengan nilai investasi sekitar Rp 300 triliun itu. Termasuk membuka kesempatan berusaha di semua lini, termasuk masuknya investor di bidang migas. Imbasnya, proyek kerja sama Pertamina-Rosneft itu harus menyejahterakan masyarakat.
‘’Kita harus mengambil kesempatan proyek padat modal dan padat karya ini untuk menyerap angkatan kerja dan pengangguran,’’ tegas dia didampingi Kepala UPT BLK Tuban Siswanto ketika melihat langsung aktivitas di Balai Latihan Kerja (BLK) Tuban kemarin (13/2).
Selama di BLK, Setiajit memberikan materi pembekalan sekaligus menanamkan motivasi semangat kepada pelajar SMK yang mengikuti pelatihan.
‘’Harus semangat! GRR sudah menunggu,’’ tegas birokrat kelahiran Desa Tegalrejo, Kecamatan Merakurak itu. Kepada peserta pelatihan kerja, dia juga mengatakan dengan terlibat dalam megaproyek GRR, derajat tenaga kerjanya tidak hanya terangkat, namun juga keluarganya.
Setiajit juga mengatakan, kesempatan proyek padat GRR harus diambil. Terlebih, angka pengangguran dan angkatan kerja di Tuban cukup tinggi. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, papar Setiajit, angkatan kerja di Bumi Wali tercatat 659.499. Sementara pengangguran usia produktif menembus angka 18.644. Jumlah tersebut, menurut dia, didominasi SMP tidak tamat. Selebihnya tidak tamat SD dan tidak bersekolah.
Dikatakan mantan kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jatim itu, agar angkatan kerja di Tuban bisa mengambil peran dalam pembangunan kilang GRR yang membutuhkan tenaga kerja sekitar 15—20 ribu orang dan setelah beroperasi membutuhkan 3 ribu orang, mereka harus diberdayakan.
Upaya pemberdayaan tersebut, terang Setiajit, tidak cukup dengan bekal knowledge (pengetahuan) kompetensi, namun harus dengan kompetensi keahlian, skill (keterampilan) kompetensi, dan social (sosial) kompetensi. Bekal yang disebut pertama bisa didapatkan di sekolah. Namun, untuk kompetensi lainnya sesuai kebutuhan proyek kilang, perlu pelatihan dan pendidikan vokasi. Salah satunya di BLK.
Kepala UPT BLK Tuban Siswanto mengatakan, berbagai keterampilan disiapkan untuk membekali skill angkatan kerja. Mulai pengelasan, welding computer, permesinan, cleaning service, laundry, hingga pengolahan pekat hasil pertanian.
Pada 2019, kata dia, BLK menghasilkan 271 tenaga terampil yang langsung diterima kerja di Pertamina. Di antaranya security 31 orang, HSE K3 10 orang, dan sisanya K3 dasar.
Pada APBN 2020—2024, BLK akan menerima gelontoran dana Rp 100,9 miliar untuk pembangunan gedung, asrama, bengkel, dan peralatan latihan kerja.
Jangan Jadi Penonton, Masyarakat Harus Sejahtera

Masyarakat Tuban tidak boleh jadi penonton! Mereka harus menyambut industrialisasi itu. Misi itulah yang diemban H. Setiajit, SH MM dalam menghadapi rencana pembangunan kilang Grass Root Refinery (GRR) di Jenu dan kawasan industri terpadu Tuban dengan pelabuhan internasionalnya.
Selaku kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jatim yang juga koordinator Satgas Percepatan Kesempatan Berusaha Bidang Infrastruktur di Jawa Timur, Setiajit berusaha meletakkan pondasi yang kuat agar tenaga kerja (naker) lokal ikut merasakan berkah megaproyek dengan nilai investasi sekitar Rp 300 triliun itu. Termasuk membuka kesempatan berusaha di semua lini, termasuk masuknya investor di bidang migas. Imbasnya, proyek kerja sama Pertamina-Rosneft itu harus menyejahterakan masyarakat.
‘’Kita harus mengambil kesempatan proyek padat modal dan padat karya ini untuk menyerap angkatan kerja dan pengangguran,’’ tegas dia didampingi Kepala UPT BLK Tuban Siswanto ketika melihat langsung aktivitas di Balai Latihan Kerja (BLK) Tuban kemarin (13/2).
Selama di BLK, Setiajit memberikan materi pembekalan sekaligus menanamkan motivasi semangat kepada pelajar SMK yang mengikuti pelatihan.
‘’Harus semangat! GRR sudah menunggu,’’ tegas birokrat kelahiran Desa Tegalrejo, Kecamatan Merakurak itu. Kepada peserta pelatihan kerja, dia juga mengatakan dengan terlibat dalam megaproyek GRR, derajat tenaga kerjanya tidak hanya terangkat, namun juga keluarganya.
Setiajit juga mengatakan, kesempatan proyek padat GRR harus diambil. Terlebih, angka pengangguran dan angkatan kerja di Tuban cukup tinggi. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) 2018, papar Setiajit, angkatan kerja di Bumi Wali tercatat 659.499. Sementara pengangguran usia produktif menembus angka 18.644. Jumlah tersebut, menurut dia, didominasi SMP tidak tamat. Selebihnya tidak tamat SD dan tidak bersekolah.
Dikatakan mantan kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jatim itu, agar angkatan kerja di Tuban bisa mengambil peran dalam pembangunan kilang GRR yang membutuhkan tenaga kerja sekitar 15—20 ribu orang dan setelah beroperasi membutuhkan 3 ribu orang, mereka harus diberdayakan.
Upaya pemberdayaan tersebut, terang Setiajit, tidak cukup dengan bekal knowledge (pengetahuan) kompetensi, namun harus dengan kompetensi keahlian, skill (keterampilan) kompetensi, dan social (sosial) kompetensi. Bekal yang disebut pertama bisa didapatkan di sekolah. Namun, untuk kompetensi lainnya sesuai kebutuhan proyek kilang, perlu pelatihan dan pendidikan vokasi. Salah satunya di BLK.
Kepala UPT BLK Tuban Siswanto mengatakan, berbagai keterampilan disiapkan untuk membekali skill angkatan kerja. Mulai pengelasan, welding computer, permesinan, cleaning service, laundry, hingga pengolahan pekat hasil pertanian.
Pada 2019, kata dia, BLK menghasilkan 271 tenaga terampil yang langsung diterima kerja di Pertamina. Di antaranya security 31 orang, HSE K3 10 orang, dan sisanya K3 dasar.
Pada APBN 2020—2024, BLK akan menerima gelontoran dana Rp 100,9 miliar untuk pembangunan gedung, asrama, bengkel, dan peralatan latihan kerja.