Radar Tuban – Di akhir pemerintahan periode keduanya, Bupati Tuban Fathul Huda dan wabup Noor Nahar Hussein (Hudanoor) tidak hanya berhasil menjadikan Tuban sebagai lumbung pangan nasional, juga menancapkan salah satu program pertanian berlevel nasional.
Bidang Tanaman Pangan
Program tersebut bernama pilot project nasional pengembangan kawasan pembenihan jagung berbasis korporasi. Proyek percontohan ini hanya dilaksanakan di sejumlah wilayah di Indonesia. Bumi Wali termasuk satu-satunya wilayah di Provinsi Jatim yang jadi proyek percontohan. Pembenihan yang berlangsung di lahan pertanian di wilayah Kecamatan Jatirogo sejak 2019 itu menempati area seluas 439,6 hektare (ha) dengan varietas NASA 29 dan JH37. Hasil produksinya rata-rata 4-5 ton per ha.
Pada 2020, Tuban mendapat alokasi pengembangan seluas 560 ha di kecamatan yang sama. Selama dua tahun, program pembenihan dilaksanakan 23 kelompok tani pada lahan seluas 999,6 ha dengan jumlah anggota 1.483 petani.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tuban Murtadji kepada Jawa Pos Radar Tuban mengatakan, program tersebut bertujuan meningkatkan nilai tambah produksi jagung. Harapannya kesejahteraan petani meningkat. Teknis program pembenihan tersebut, terang Murtadji, merangsang kelembagaan ekonomi petani agar mampu mengelola bisnis usaha tani, menangkarkan benih jagung hibrida secara mandiri, dan meningkatkan produksi benih nasional berkelanjutan.
Dia berharap, produksi benih dari program tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan benih jagung di Kabupaten Tuban, namun juga memenuhi kebutuhan di luar Tuban. Dikatakan mantan camat Bancar ini, kalau produksinya meningkat signifikan setiap tahunnya, diharapkan ke depan hasil pembenihan jagung di Tuban bisa ekspor ke Filipina, Thailand, dan Timor Leste.
Dijadikannya Tuban sebagai pilot project nasional pengembangan kawasan pembenihan jagung berbasis korporasi mengukuhkan Bumi Wali sebagai sentra produksi pertanian di Jatim, bahkan tingkat nasional. Terutama untuk komoditas padi dan jagung.
Perlu diketahui, potensi lahan pertanian di Kabupaten Tuban seluas 161.041 ha. Rinciannya, lahan sawah seluas 75.610 ha dan lahan bukan sawah 85.431 ha. Lahan yang disebut terakhir tersebut meliputi tegal, ladang, perkebunan, hutan rakyat, hutan negara, dan lainnya.
Luas lahan pertaniannya mencapai 87,53 persen dari luas wilayah administrasi 183.994 ha. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, produksi pertanian mengalami peningkatan. Pada 2016 produksi padi 584.307 ton. Setahun kemudian (2017) meningkat menjadi 589.524 ton. Pada 2018, produksi padi melonjak menjadi 634.668 ton dan tahun berikutnya (2019) meningkat lagi menjadi 635.059 ton.
Selain komoditas padi, potensi produksi jagung juga sangat tinggi. Pada 2016 produksi jagung 525.687 ton, kemudian naik menjadi 606.163 ton pada 2017. Pada 2018 meningkat lagi menjadi 628.709 ton dan melonjak menjadi 693.183 ton pada 2019.
Murtadji menerangkan, sesuai sasaran luas tambah tanam (LTT) periode Oktober 2019 — September 2020, LTT padi di Tuban ditargetkan seluas 105.113 ha. Sementara LTT jagung 112.780 ha. Dari target tersebut terealisasi 107.120 ha (101,9 persen) untuk LTT padi dan 129.750 ha (115,0 persen) untuk LTT jagung.
Produksi padi di Kabupaten Tuban pada 2020 tercatat 645.045 ton dengan luas panen 103.605 ha. Itu berarti angka produktivitasnya 6,23 ton per ha. Sedangkan produksi jagung pada 2020 mencapai 699.511 ton dengan luas panen 123.917 ha. Angka produktivitasnya 5,65 ton per ha.
Dikatakan dia, capaian realisasi LTT padi dan jagung di Tuban diikuti dengan peningkatan produksi dan produktivitasnya. Terbukti, selama lima tahun terakhir trennya terus meningkat. ”Khusus produksi padi bila dikonversi menjadi beras, Kabupaten Tuban mengalami surplus rata-rata per tahun sebesar 60,18 persen,” urai pejabat kelahiran Palang itu.
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sekarang ini dan masa mendatang, perkembangan pertanian ke depan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam mengurangi kesenjangan. Juga memperluas kesempatan kerja dan mampu memanfaatkan peluang ekonomi.
Bidang Perkebunan dan Horti
Di bidang perkebunan dan hortikultura, Tuban juga unggul. Desa Sugihan, Kecamatan Merakurak merupakan salah satu kawasan tanaman kelengkeng kateki terluas di Jatim. Luasnya 40 ha. Dari area tersebut, 25 ha siap pembuahan dan 15 ha baru pada masa vegetatif atau pertumbuhan. Keunggulan kelengkeng kateki adalah buahnya yang manis, tidak berair, daging buahnya berwarna putih dan tebal, bijinya kecil, kulit buahnya tebal sehingga bisa bertahan lebih lama, serta lebih kuat ketika dikirim untuk pemasaran ke luar daerah.
Tanaman kelengkeng seluas 25 ha tersebut tidak berbuah bersamaan, tetapi bergantian. Tiap hari ada yang dipanen.
Pengunjung petik buah kelengkeng dipastikan tidak kecewa kalau berwisata di sini. Itu karena pasti ada yang bisa dipanen setiap saat.
Selain kebun kelengkeng, ada juga kebun jeruk keprok tejakula/siam di Desa Maindu, Kecamatan Montong. akan dilakukan panen raya bersama bapak Bupati Tuban, tetapi tidak jadi karena buahnya rasanya asam. Pada 2020, di kebun ini dibuka Wisata Agro Petik Buah Jeruk Keprok Tejakula/Siam.
Bidang Ketahanan Pangan
Tuban memiliki sumber daya hayati yang sangat potensial. Ironisnya, tingkat konsumsi sebagian penduduk masih di bawah anjuran pemenuhan gizi. Begitu juga tingkat aksesibilitas dan daya beli pangan oleh masyarakat masih belum optimal. Karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi keluarga adalah melalui pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya.
Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan yang dikelola rumah tangga.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tuban mendukung upaya penurunan stunting atau kondisi gagal pertumbungan pada anak akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama melalui intervensi sensitif berupa penguatan ketersediaan pangan, penguatan akses pangan, dan pemanfaatan pangan.
Program intervensi yang dilakukan pemerintah melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tuban adalah kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan Keamanan Pangan Segar (P2KP-PKPS), Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), dan Pekaranganku Rumah Panganku (PAKAR PANGAN). Kegiatan P2KP-PKPS, KRPL, dan PAKAR PANGAN ini dititikberatkan pada pemberdayaan kelompok masyarakat untuk memanfaatkan pekarangan sebagai lumbung hidup, apotek hidup, warung hidup, bank hidup, dan estetika. Pekarangan sebagai lumbung pangan dapat ditanami berbagai jenis tanaman dan budidaya ternak sebagai sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral untuk dikonsumsi keluarga di Kabupaten Tuban.
Memanfaatkan lahan pekarangan dapat menjadi salah satu strategi ketahanan pangan dan antisipasi ancaman krisis pangan. Bahkan, dapat menurunkan prevalensi stunting. Selain itu, kegiatan tersebut diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dari hasil optimalisasi lahan pekarangannya sekaligus membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. Ketahanan pangan maupun gizi sangat berkorelasi dengan akses masyarakat terhadap pangan.
Masyarakat perlu diedukasi dan didekatkan dengan jenis-jenis pangan yang dapat disediakan secara mandiri. Harapannya, mengurangi beban biaya belanja dapur dan bantuan sosial. Pemanfaatan lahan pekarangan di sekitar rumah dapat digunakan untuk menanam tanaman dan budidaya ternak sebagai bahan makanan untuk dikonsumsi.
Selain itu, pemberdayaan masyarakat dalam menyediakan pangan dan gizi dengan memanfaatkan lahan pekarangan dapat mencukupi kebutuhan dasar gizi masyarakat. Serta, program ini juga berpotensi menjadi lahan bisnis bagi masyarakat yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga dan masyarakat sekitar.
Saat ini, jumlah kelompok yang telah bersinergi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tuban dalam upaya pemanfaatan lahan pekarangan berjumlah 20 tim penggerak PKK kecamatan, 118 tim penggerak PKK desa, dan 16 kelompok wanita tani.
Bidang Sarpras
Sebagai kabupaten lumbung pangan nasional, Tuban mendapat perhatian pemerintah provinsi dan pusat. Sudah tidak terhitung berapa kali Bumi Wali dikunjungi pejabat pusat maupun provinsi. Terakhir, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berkunjung pada 26 Juni lalu. Dia menegaskan, penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) harus dilakukan seiring kemajuan teknologi.
Syahrul mengatakan, dalam mengurus pertanian diperlukan upaya dan kerja keras bersama dari seluruh pihak agar pertanian terus bergerak dan berakselesari dengan cepat untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Ditegaskan dia, jika pertanian terus mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan teknologi, termasuk alsintan, maka produksi pangan meningkat.
”Pemanfaatan alsintan secara optimal dapat membantu mengurangi loosess, menghindari kehilangan 9-10 persen. Kalau pakai mesin, kita tekan di bawah 3 persen,” ujar mantan Gubernur Sulawesi Selatan itu.
Syahrul juga menyampaikan, pengelolaan alsintan secara perorangan tidak akan efesien. Dia pun menyarankan pengelolaan dan pemberdayaan alsintan lebih baik melalui usaha pelayanan jasa alsintan (UPJA). Pelayanan jasa alsintan dapat berupa jasa sewa alsintan, jasa olah tanah, jasa tanam, jasa panen dan jasa simpan pinjam.
UPJA, menurut dia, sebagai lembaga ekonomi pedesaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa. Keuntungan usaha tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok tani.
Keberadaan UPJA di daerah sentra produksi, lanjut menteri kelahiran Makassar, itu hanya saja menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan kebutuhan alsintan bagi petani untuk mengolah lahan pertanian, pengairan, panen dan pasca panen, tapi juga menjadi solusi dalam mengatasi kelangkaan tenaga kerja di perdesaan.
Dalam kunjungan kerjanya yang didampingi Wagub Jatim Emil Dardak, Dirjen Prasarana Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Sarwo Edhy, bupati, ketua dewan, dan anggota forkompida itu, Syahrul melakukan kegiatan tanam padi di Desa Ngadirejo, Kecamatan Widang. Dia jgua meninjau lokasi pilot project model pertanian modern berbasis mekanisasi yang dikelola UPJA Tani Karya Mandiri di Desa Karangtinoto, Kecamatan Rengel.
Wagub Emil Dardak dalam sambutannya mengajak petani untuk gerak cepat memanfaatkan momentum. ”Mumpung masih ada air, segera kita lakukan penanaman,” ujarnya.
Dirjen Prasarana Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Sarwo Edhy mengapresiasi hadirnya UPJA dapat membantu menghidupkan pertanian.
”Pertanian membutuhkan kehadiran UPJA-UPJA yang dapat mengelola dengan baik penyewaan dan mengoptimalkan penggunaan alsintan serta terus mengembangkan beragam usahanya hingga menyerap banyak tenaga kerja,” ujar dia.
UPJA, kata Sarwo juga dapat melakukan kegiatan ekonomi dalam bentuk pelayanan jasa alsintan. Seperti jasa penyiapan lahan dan pengolahan tanah, penyaluran air irigasi yang dapat berkolaborasi dengan HIPPA, penanaman, pemeliharaan, perlindungan tanaman termasuk pengendalian hama penyakit maupun kegiatan panen, pasca panen serta pengolahan hasil pertanian seperti jasa pemanenan, perontokan, pengeringan dan penggilingan padi. Juga, mendorong pengembangan produksi untuk peningkatan nilai tambah, perluasan pasar, daya saing, serta perbaikan kesejahteraan petani.