23.2 C
Bojonegoro
Saturday, March 25, 2023

Tak Ada Prospek, Dua SMA Tuban Tutup Tahun Depan

- Advertisement -

Radar Tuban – Bertahun-tahun tak memenuhi pagu, dua SMAN di Tuban direncanakan akan ditutup mulai tahun depan. Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jatim sudah memutuskan akan menutup SMAN 1 Widang dan SMAN 1 Senori. Gantinya, dua bangunan sekolah tersebut akan berganti menjadi SMKN atau sekolah kejuruan.

Seperti diketahui, pagu di dua sekolah tersebut selalu tidak penuh. Puncaknya pada PPDB 2021 lalu, SMAN 1 Widang yang saat itu dipimpin Ilham Basyori menduduki peringkat pertama jumlah kekurangan terbanyak hingga 81 siswa.

Tak hanya itu, SMAN 1 Widang juga kurang berprestasi. Salah satunya yang bisa dilihat dari tak meloloskan satupun siswa ke seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). SMAN1 Senori sebenarnya memiliki lebih banyak pertimbangan untuk diselamatkan.

Pada PPDB 2021, sekolah berjuluk Smanor ini kekurangan 67 siswa atau berada di peringkat kelima jumlah terbanyak kekurangan pagu. Selama dua tahun dipimpin pelaksana tugas (Plt) Darusman yang juga definitif kepala SMAN 1 Jatirogo, sekolah ini berusaha memunculkan prestasi siswa dengan program dobel track yang dibangun.

Dengan pertimbangan akan ditutup tersebut, saat ini dua SMAN itu tak memiliki kepala sekolah. Meskipun minim prestasi, Ilham Basyori ‘disela matkan’ dari SMAN 1 Widang dan digeser pindah ke SMAN 5 Tuban.

- Advertisement -

Sementara SMAN Senori saat ini masih dipimpin Plt Darusman. Posisi definitif masih dibiarkan kosong untuk persiapan pengisian kepala sekolah baru dari jenjang sekolah kejuruan. Kabar akan ditutupnya SMAN 1 Widang dan SMAN 1 Senori itu dibenarkan oleh Kepala Cabang Disdik Provinsi Jatim Wilayah Bojonegoro – Tuban Adi Prayitno.

Adi menjelaskan Disdik Provinsi Jatim sudah memutuskan dua SMAN di Tuban beralih fungsi menjadi USB (unit sekolah baru). Statusnya berubah dari SMAN menjadi SMKN. “Mulai 2022, sudah tidak ada lagi penerimaan siswa di SMAN 1 Widang dan SMAN 1 Senori,” tegas dia.

Mantan Kacabdin Nganjuk ini menjelaskan penutupan dua sekolah tersebut memertimbangkan banyak hal. Antara lain jumlah pendaftar yang sangat minim. Tiap tahunnya pagu dua SMAN itu selalu tak terpenuhi. Pertimbangan lain karena Pemprov Jatim saat ini tengah mengebut program sekolah kejuruan agar siswa lebih memiliki skill.

“Selama ini minat lulusan siswa di sekitar SMAN Senori dan Widang lebih banyak ke SMK, jadi akan dipersiapkan untuk SMKN mulai tahun ajaran 2022- 2023,” jelas dia.

Meskipun tak menyinggung terkait prestasi dua sekolah itu, Adi menyebut semua sekolah harus berlomba-lomba untuk mencetak prestasi. Apalagi SMAN, yang notabene siswanya dicetak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi negeri.

“Saat ini pemerintah memutuskan komposisi sekolah harus 70 persen SMK dan 30 persen SMA, sementara di Tuban masih kebalikannya,” tutur mantan Kepala SMAN 3 Nganjuk ini. Lalu bagaimana nasib guru dan siswa dari dua SMAN tersebut? Adi menjelaskan untuk guru mata pelajaran yang umum digunakan SMA akan dimutasi ke sekolah lain sesuai kebutuhan.

Sementara untuk siswa yang sudah ada akan tetap diajar hingga lulus. Terkait nama apakah akan menggunakan SMKN 4 dan SMKN 5 Tuban, atau SMKN Widang dan SMKN Senori? Adi mengatakan hal tersebut akan diinformasikan menyusul.

Untuk saat ini, pihaknya masih menyiapkan kebutuhan administratif. Termasuk rekrutmen guru dan tenaga kependidikannya. “Kepala sekolah dan guru otomatis diisi dari pendidik berlatarbelakang kejuruan,” lanjut Adi.

Radar Tuban – Bertahun-tahun tak memenuhi pagu, dua SMAN di Tuban direncanakan akan ditutup mulai tahun depan. Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jatim sudah memutuskan akan menutup SMAN 1 Widang dan SMAN 1 Senori. Gantinya, dua bangunan sekolah tersebut akan berganti menjadi SMKN atau sekolah kejuruan.

Seperti diketahui, pagu di dua sekolah tersebut selalu tidak penuh. Puncaknya pada PPDB 2021 lalu, SMAN 1 Widang yang saat itu dipimpin Ilham Basyori menduduki peringkat pertama jumlah kekurangan terbanyak hingga 81 siswa.

Tak hanya itu, SMAN 1 Widang juga kurang berprestasi. Salah satunya yang bisa dilihat dari tak meloloskan satupun siswa ke seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN). SMAN1 Senori sebenarnya memiliki lebih banyak pertimbangan untuk diselamatkan.

Pada PPDB 2021, sekolah berjuluk Smanor ini kekurangan 67 siswa atau berada di peringkat kelima jumlah terbanyak kekurangan pagu. Selama dua tahun dipimpin pelaksana tugas (Plt) Darusman yang juga definitif kepala SMAN 1 Jatirogo, sekolah ini berusaha memunculkan prestasi siswa dengan program dobel track yang dibangun.

Dengan pertimbangan akan ditutup tersebut, saat ini dua SMAN itu tak memiliki kepala sekolah. Meskipun minim prestasi, Ilham Basyori ‘disela matkan’ dari SMAN 1 Widang dan digeser pindah ke SMAN 5 Tuban.

- Advertisement -

Sementara SMAN Senori saat ini masih dipimpin Plt Darusman. Posisi definitif masih dibiarkan kosong untuk persiapan pengisian kepala sekolah baru dari jenjang sekolah kejuruan. Kabar akan ditutupnya SMAN 1 Widang dan SMAN 1 Senori itu dibenarkan oleh Kepala Cabang Disdik Provinsi Jatim Wilayah Bojonegoro – Tuban Adi Prayitno.

Adi menjelaskan Disdik Provinsi Jatim sudah memutuskan dua SMAN di Tuban beralih fungsi menjadi USB (unit sekolah baru). Statusnya berubah dari SMAN menjadi SMKN. “Mulai 2022, sudah tidak ada lagi penerimaan siswa di SMAN 1 Widang dan SMAN 1 Senori,” tegas dia.

Mantan Kacabdin Nganjuk ini menjelaskan penutupan dua sekolah tersebut memertimbangkan banyak hal. Antara lain jumlah pendaftar yang sangat minim. Tiap tahunnya pagu dua SMAN itu selalu tak terpenuhi. Pertimbangan lain karena Pemprov Jatim saat ini tengah mengebut program sekolah kejuruan agar siswa lebih memiliki skill.

“Selama ini minat lulusan siswa di sekitar SMAN Senori dan Widang lebih banyak ke SMK, jadi akan dipersiapkan untuk SMKN mulai tahun ajaran 2022- 2023,” jelas dia.

Meskipun tak menyinggung terkait prestasi dua sekolah itu, Adi menyebut semua sekolah harus berlomba-lomba untuk mencetak prestasi. Apalagi SMAN, yang notabene siswanya dicetak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi negeri.

“Saat ini pemerintah memutuskan komposisi sekolah harus 70 persen SMK dan 30 persen SMA, sementara di Tuban masih kebalikannya,” tutur mantan Kepala SMAN 3 Nganjuk ini. Lalu bagaimana nasib guru dan siswa dari dua SMAN tersebut? Adi menjelaskan untuk guru mata pelajaran yang umum digunakan SMA akan dimutasi ke sekolah lain sesuai kebutuhan.

Sementara untuk siswa yang sudah ada akan tetap diajar hingga lulus. Terkait nama apakah akan menggunakan SMKN 4 dan SMKN 5 Tuban, atau SMKN Widang dan SMKN Senori? Adi mengatakan hal tersebut akan diinformasikan menyusul.

Untuk saat ini, pihaknya masih menyiapkan kebutuhan administratif. Termasuk rekrutmen guru dan tenaga kependidikannya. “Kepala sekolah dan guru otomatis diisi dari pendidik berlatarbelakang kejuruan,” lanjut Adi.

Artikel Terkait

Most Read

Wallace Akan Diuji

Jembatan Patah dan Longsor

Pengamatan Hilal Mengacu MABIMS

Artikel Terbaru


/