BANGUNAN eks Hotel Gaya Baru berada di deretan rumah-rumah tua. Di baratnya terdapat rumah atau bangunan tua. Begitu pun masuk gang di sebelahnya, juga terdapat rumah-rumah dengan tembok lama dan tinggi. Ketenangan bangunan-bangunan tua meneduhkan nuansa warga setempat.
Salah satu pedagang di seberang Hotel Gaya Baru mengatakan, bangunan tersebut bekas hotel. Namun, kini sudah tidak beroperasi. Selama kosong, digunakan kegiatan lain di salah satu bangunannya. “Bangunan kuno, mungkin dibangun antara abad ke 18 hingga 19,” ujar pedagang warga setempat.
Selain bangunan bekas hotel, bangunan sepanjang jalan KH Mansyur juga bangunan kuno. Terlihat dari karakteristik genteng yang digunakan. Pria tersebut menjelaskan tidak pernah ada kejadian ganjil terjadi di bangunan tersebut. Juga tidak ada mitos merebak di masyarakat sekitar bangunan itu.
Suyanto salah satu sejarawan Bojonegoro mengatakan, akan menyayangkan ketika nantinya sisa-sisa bangunan kuno terbongkar atau renovasi. Bangunan meninggalkan ciri bangunan lama. Sesuai peradaban ciri kota lama di sekitar perairan, baik laut maupun sungai dan anak sungai besar.
Sepanjang jalur Bengawan Solo sekitar Bojonegoro adalah Ngawi (Ngawi purba/ lama) Padangan, Bojonegoro, Babat hingga ke timur. Ciri-cirinya masih ada. Rerata sisa bangunan lama menghadap ke sungai. Lalu menyesuaikan jalan darat. Akhirnya mempunyai dua sisi hadapnya rumah.
“Bangunanya tinggi tembok dan tiangnya. Juga pintu maupaun candela berukuran Eropa,” terangnya. (irv/rij)