- Advertisement -
BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Musrifah duduk santai menghadap ke barat. Sosok perempuan paro baya ini dengan tenang memahat kayu jati. Tangan kanannya memegang palu dari kayu, tangan kiri cekatan memainkan tatah (alat ukir kayu).
Suara ketukan palu terdengar lirih ketika mengenai papan kayu jati. Hadirnya perempuan sebagai pengukir kayu bisa dibilang pemandangan jarang ditemukan. Namun, menjadi biasa di sentra ukir kayu jati di Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro Kota. Tidak hanya mengukir, namun sosok kaum hawa ini juga menggosok kayu jati. Kayu-kayu batangan pun disulap berbentuk.
Guntur salah satu pelaku usaha ukiran mengatakan, dulu ada 12 perempuan sebagai pengukir kayu jati. Sekarang menyisakan tujuh perempuan. ‘’Berkurangnya karena ada yang mengundurkan dan ada yang meninggal dunia. Kalau pekerja pria sekitar 42 orang,’’ katanya.
- Advertisement -
Para pekerjanya keseluruhan warga Bojonegoro. Ada warga sekitar Desa Sukorejo, lalu tukang kayu banyak dari Kecamatan Trucuk. Juga ada dari Kecamatan Kapas. Mengingat usaha mebelnya itu sudah ada sejak 1978 silam. Guntur sendidi meneruskan usaha mebel milik mertua, yaitu Pak Sadam sejak 2005 lalu.
Selain mebeler, pesanan cukup sering beberapa bulan terakhir yakni kaligrafi Surat Yasin. Kayu jati menjadi identitas Bojonegoro. Hutan dengan pepohonan jati yang luas menjadi denyut masyarakat. (bgs/rij)
BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Musrifah duduk santai menghadap ke barat. Sosok perempuan paro baya ini dengan tenang memahat kayu jati. Tangan kanannya memegang palu dari kayu, tangan kiri cekatan memainkan tatah (alat ukir kayu).
Suara ketukan palu terdengar lirih ketika mengenai papan kayu jati. Hadirnya perempuan sebagai pengukir kayu bisa dibilang pemandangan jarang ditemukan. Namun, menjadi biasa di sentra ukir kayu jati di Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro Kota. Tidak hanya mengukir, namun sosok kaum hawa ini juga menggosok kayu jati. Kayu-kayu batangan pun disulap berbentuk.
Guntur salah satu pelaku usaha ukiran mengatakan, dulu ada 12 perempuan sebagai pengukir kayu jati. Sekarang menyisakan tujuh perempuan. ‘’Berkurangnya karena ada yang mengundurkan dan ada yang meninggal dunia. Kalau pekerja pria sekitar 42 orang,’’ katanya.
- Advertisement -
Para pekerjanya keseluruhan warga Bojonegoro. Ada warga sekitar Desa Sukorejo, lalu tukang kayu banyak dari Kecamatan Trucuk. Juga ada dari Kecamatan Kapas. Mengingat usaha mebelnya itu sudah ada sejak 1978 silam. Guntur sendidi meneruskan usaha mebel milik mertua, yaitu Pak Sadam sejak 2005 lalu.
Selain mebeler, pesanan cukup sering beberapa bulan terakhir yakni kaligrafi Surat Yasin. Kayu jati menjadi identitas Bojonegoro. Hutan dengan pepohonan jati yang luas menjadi denyut masyarakat. (bgs/rij)