- Advertisement -
BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Pemerintah desa (pemdes) diharapkan mengalokasikan anggaran perpustakaan bersumber dana desa (DD). Namun, minat baca rendah warga menjadi problem utama. Sehingga selama 2022 ada 107 perpustakaan desa memilih tutup. Kini, tersisa 145 perpustakaan desa, dari awalnya 252 tempat bacaan.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Bojonegoro Heri Widodo mengatakan, anggaran pembuatan perpustakaan desa berasal dari masing-masing desa. Diharapkan pemdes bisa menyisihkan DD atau anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) untuk peningkatan sumber daya manusia (SDM). ‘’Agar SDM desa gemar membaca,’’ katanya ditemui Selasa (31/1).
Kepala Desa (Kades) Gondang Agus Riyanto mengatakan, perpustakaan di desanya hanya dikunjungi ibu-ibu mengantar anak sekolah dasar (SD) dan PAUD. Karena letaknya berada di dalam gedung PAUD. ‘’Dari warga tidak pernah ada berkunjung ke perpustakaan desa,’’ bebernya.
- Advertisement -
Hingga saat ini Pemdes Gondang belum mengeluarkan anggaran apapun pembuatan perpustakaan desa. Semua buku hasil pemberian dari mahasiswa yang kuliah kerja nyata (KKN). ‘’Dari disperpusip memberikan sekitar dua kardus buku,’’ jelasnya.
Dia mengklaim, pihak desa sudah sering menyampaikan kepada masyarakat adanya perpustakaan desa. Tapi, kesadaran masyarakat untuk membaca kurang. Diduga handphone menjadi salah satu pengaruh rendahnya minat baca masyarakat. ‘’Masyarakat lebih memilih handphone daripada buku,’’ ujarnya.
Tahun ini, Desa Gondang mendapatkan DD sebesar Rp 901 juta. Dia tidak keberatan apabila menganggarkan perbaikan perpustakaan desa dengan menggunakan DD. Namun, harus ada penanganan dulu terkait rendahnya minat baca masyarakat.
Dia berharap dari pemkab memperhatikan upaya minat baca warga. Juga menambah aset sehingga bisa menarik perhatian masyarakat berkunjung. ‘’Dari disperpusip pernah datang ke sini. Tapi, hanya sekali,’’ katanya. (ewi/rij)
BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Pemerintah desa (pemdes) diharapkan mengalokasikan anggaran perpustakaan bersumber dana desa (DD). Namun, minat baca rendah warga menjadi problem utama. Sehingga selama 2022 ada 107 perpustakaan desa memilih tutup. Kini, tersisa 145 perpustakaan desa, dari awalnya 252 tempat bacaan.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Bojonegoro Heri Widodo mengatakan, anggaran pembuatan perpustakaan desa berasal dari masing-masing desa. Diharapkan pemdes bisa menyisihkan DD atau anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) untuk peningkatan sumber daya manusia (SDM). ‘’Agar SDM desa gemar membaca,’’ katanya ditemui Selasa (31/1).
Kepala Desa (Kades) Gondang Agus Riyanto mengatakan, perpustakaan di desanya hanya dikunjungi ibu-ibu mengantar anak sekolah dasar (SD) dan PAUD. Karena letaknya berada di dalam gedung PAUD. ‘’Dari warga tidak pernah ada berkunjung ke perpustakaan desa,’’ bebernya.
- Advertisement -
Hingga saat ini Pemdes Gondang belum mengeluarkan anggaran apapun pembuatan perpustakaan desa. Semua buku hasil pemberian dari mahasiswa yang kuliah kerja nyata (KKN). ‘’Dari disperpusip memberikan sekitar dua kardus buku,’’ jelasnya.
Dia mengklaim, pihak desa sudah sering menyampaikan kepada masyarakat adanya perpustakaan desa. Tapi, kesadaran masyarakat untuk membaca kurang. Diduga handphone menjadi salah satu pengaruh rendahnya minat baca masyarakat. ‘’Masyarakat lebih memilih handphone daripada buku,’’ ujarnya.
Tahun ini, Desa Gondang mendapatkan DD sebesar Rp 901 juta. Dia tidak keberatan apabila menganggarkan perbaikan perpustakaan desa dengan menggunakan DD. Namun, harus ada penanganan dulu terkait rendahnya minat baca masyarakat.
Dia berharap dari pemkab memperhatikan upaya minat baca warga. Juga menambah aset sehingga bisa menarik perhatian masyarakat berkunjung. ‘’Dari disperpusip pernah datang ke sini. Tapi, hanya sekali,’’ katanya. (ewi/rij)