31.2 C
Bojonegoro
Wednesday, June 7, 2023

271 Rumah Gagal Ajukan Jargas

- Advertisement -

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Sebanyak 271 rumah di Bojonegoro mengajukan jaringan gas (jargas) pada Perusahaan Gas Nasional (PGN). Namun, belum terealisasi karena rumah terkendala kelayakan ekonomi dan jauhnya jarak dari aliran pipa gas.

 

Area Head PGN Bojonegoro Muhammad Arif mengatakan, kendala banyaknya rumah belum terpasang gas karena jaraknya jauh. Atau jalur dilalui melewati jalur kereta api. Namun, tidak menutup kemungkinan, jalur di seberang kereta api tetap disuplai metode compressed natural gas (CNG)

 

‘’Jadi kami bikin stasiun kecil, di luar dua stasiun utama. Atau menciptakan klaster sendiri,” katanya kemarin.

- Advertisement -

 

Selain itu, rumah-rumah sudah terlewati pipa, namun belum memasang, tentu harus melalui program GasKita dibiayai PGN sendidi. Karena program gas APBN sudah terealisasi 10.000 sambungan rumah dengan 96 persen sudah teraliri.

 

‘’Sisanya masih dalam proses gas on, dan beberapa kendala yaitu rumah kosong dan sebagian membatalkan,” ujarnya.

 

Menurut dia, kelayakan ekonomi menjadi tolok ukur karena hanya menyediakan program GasKita, dibiayai sendiri oleh PGN. Harga dari GasKita yakni Rp 10.000/meter kubik dengan segmen pelanggan pengguna listrik lebih dari 900 V.

 

Sementara harga sebelumnya dibiayai anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) adalah Rp 4.250 per meter kubik untuk rumah tangga tipe satu. Dan Rp 6.000 per meter kubik untuk rumah tangga tipe dua. ‘’Harga ditawarkan berbeda dari harga sebelumnya dibiayai APBN,” ungkapnya.

 

Perbedaan harga Gas APBN dan program GasKita membuat PGN hanya menbidik kalangan tertentu. Yakni, kalangan menengah ke atas dan rumah-rumah sekitar jaringan gas.

 

Sementara itu, masih terdapat pelanggan tagihannya membengkak. Safitri salah satu pelanggan asal Desa Jelu menyatakan bahwa tagihan membengkak di bulan kedua. ‘’Padahal, tidak pernah dipakai,” keluhnya. (dan/rij)

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Sebanyak 271 rumah di Bojonegoro mengajukan jaringan gas (jargas) pada Perusahaan Gas Nasional (PGN). Namun, belum terealisasi karena rumah terkendala kelayakan ekonomi dan jauhnya jarak dari aliran pipa gas.

 

Area Head PGN Bojonegoro Muhammad Arif mengatakan, kendala banyaknya rumah belum terpasang gas karena jaraknya jauh. Atau jalur dilalui melewati jalur kereta api. Namun, tidak menutup kemungkinan, jalur di seberang kereta api tetap disuplai metode compressed natural gas (CNG)

 

‘’Jadi kami bikin stasiun kecil, di luar dua stasiun utama. Atau menciptakan klaster sendiri,” katanya kemarin.

- Advertisement -

 

Selain itu, rumah-rumah sudah terlewati pipa, namun belum memasang, tentu harus melalui program GasKita dibiayai PGN sendidi. Karena program gas APBN sudah terealisasi 10.000 sambungan rumah dengan 96 persen sudah teraliri.

 

‘’Sisanya masih dalam proses gas on, dan beberapa kendala yaitu rumah kosong dan sebagian membatalkan,” ujarnya.

 

Menurut dia, kelayakan ekonomi menjadi tolok ukur karena hanya menyediakan program GasKita, dibiayai sendiri oleh PGN. Harga dari GasKita yakni Rp 10.000/meter kubik dengan segmen pelanggan pengguna listrik lebih dari 900 V.

 

Sementara harga sebelumnya dibiayai anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) adalah Rp 4.250 per meter kubik untuk rumah tangga tipe satu. Dan Rp 6.000 per meter kubik untuk rumah tangga tipe dua. ‘’Harga ditawarkan berbeda dari harga sebelumnya dibiayai APBN,” ungkapnya.

 

Perbedaan harga Gas APBN dan program GasKita membuat PGN hanya menbidik kalangan tertentu. Yakni, kalangan menengah ke atas dan rumah-rumah sekitar jaringan gas.

 

Sementara itu, masih terdapat pelanggan tagihannya membengkak. Safitri salah satu pelanggan asal Desa Jelu menyatakan bahwa tagihan membengkak di bulan kedua. ‘’Padahal, tidak pernah dipakai,” keluhnya. (dan/rij)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/