BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Perpustakaan desa butuh perhatian serius. Belum ada gerakan maksimal memicu jumlah perpustakaan desa menurun drastis. Campur tangan pemerintah dan semua pihak diperlukan, agar menyadari pentingnya anak-anak pedesaan cakap literasi atau membaca buku.
Data dihimpun, pada 2022 perpustakaan desa mengalami penurunan sebanyak 107 unit. Padahal, 2021 sebanyak 252 perpustakaan desa. Hingga kemarin (1/2), tersisa 145 perpustakaan desa.
Kepala Desa (Kades) Ngelo, Kecamatan Margomulyo, Tri Maryono berusaha mempertahankan perpustakaan desa di kampungnya. Meskipun tidak berjalan maksimal, karena warga rerata petani. ‘’Jarang yang mau baca,’’ ujarnya Selasa (31/1).
Adanya penurunan perpustakaan sangat disayangkan karena akan memengaruhi minat baca. Sehingga berpengaruh minimnya pengetahuan masyarakat. Serta menimbulkan gap pengetahuan antara masyarakat kota dan desa kian terasa.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Disperpusip) Bojonegoro Heri Widodo mengatakan, kesuksesan perpustakaan desa harus ada kolaborasi yang baik antara masyarakat dan pemerintah desa (pemdes). ‘’Dari dinas memberikan pelatihan dan pembinaan,’’ ujarnya.
Lia salah satu mahasiswa menyayangkan menurunnya jumlah perpustakaan desa, berpotensi menyebabkan pengetahuan menjadi semakin terbatas.
Mahasiswa Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengatakan, keberadaan perpustakaan desa terbatas berdampak sumber daya manusia (SDM) semakin terbelakang. Sebaliknya, adanya perpustakaan desa dikelola maksimal akan menumbuhkan minat baca.
Menggerakkan perpustakaan desa, menurut dia, tidak bisa hanya satu pihak. Antara pemerintah harus berusaha semaksimal mungkin membangun perpustakaan memadai. Dan, terdapat SDM desa mumpuni menggerakan perpustakaan desa. ‘’Selain itu, dibutuhkan antusiasme warga,’’ ujar mahasiswa asal Bojonegoro ini.
‘’Jika seperti ini berlanjut (perpustakaan desa berkurang) potensi terjadi gap pengetahuan antara masyarakat kota dan desa,’’ lanjut dia. (ewi/rij)