Radar Bojonegoro – Sumiran, 31, warga Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban usai membuat sumur bor sedalam 48 meter, tiba-tiba dikagetkan suara gemuruh dari dalam, kemudian menyemprotkan gas. Saat gas itu disulut korek api, menyala.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Blora Hadi Praseno mengatakan, kejadian bermula saat Sumiran membuat sumur bor pada Jumat (27/11) pukul 09.00, kemudian sekitar pukul 14.00 pengeboran dihentikan karena sudah mencapai kedalaman 48 meter.
Selain itu, sudah mendapatkan sumber air. ‘’Karena saat itu listrik juga padam, maka pemasangan pompa submersible dilanjutkan keesokan hari,’’ ujarnya kemarin (29/11).
Kemudian Sabtu (28/11) Sumiran memasang pompa submersible dan sudah dimasukkan ke dalam sumur bor. Tetapi setelah dinyalakan, sumur bor tersebut tidak mengeluarkan air. Sumiran malah mendengar suara gemuruh dari dalam sumur bor tersebut.
‘’Kemudian mengeluarkan gas dari lubang sumur bor, lalu pompa submersible diangkat lagi ke atas,’’ jelasnya. Setelah itu gas yang keluar dari sumur bor itu coba dinyalakan, gas tersebut dapat terbakar. Karena takut akan menimbulkan kebakaran, lubang tersebut ditutup dengan kain basah. Kemudian lokasi semburan gas itu dipasang garis polisi dan peringatan, agar warga tidak mendekat ke lokasi.
‘’Serta mengimbau warga agar tidak menyalakan api di sekitar lokasi,’’ imbuhnya. Sementara itu, Kepala Balai Pengkajian dan Pengawasan dan Pengendalian (BP3) ESDM Jawa Tengah Wilayah Kendeng Selatan Budi Setyawan mengatakan, secara geologi wilayah Kedungtuban dan Blora pada umumnya, berpotensi semburan gas rawan. Karena di Kabupaten Blora, Rembang, dan Grobogan sangat rawan adanya gas seperti yang ada di Desa Ngraho.
‘’Kemudian ada beberapa yang keluar gas hidrokarbonnya, ada juga yang hanya gas karbon seperti yang terjadi di Kabupaten Rembang,’’ lanjutnya.
Gas di Desa Ngraho ini, lanjutnya, yang keluar itu gas hidrokarbon atau gas metana. Karena dari ESDM Jateng belum ke lokasi, rencananya hari ini (30/11) Gas itu tidak bisa diproduksi dalam jumlah besar. Sebaliknya, skala rumahan. Namun, jika tekanan gas bisa stabil hingga satu minggu kedepan, bisa dikelola warga.
‘’Kalau dalam seminggu tidak ada penurunan tekanan masyarakat jika ingin memanfaatkan boleh saja ,’’ jelasnya. Tapi kalau dalam satu minggu nanti tekanan menurun, tidak bisa dimanfaatkan. Disarankan langsung ditutup.