23.1 C
Bojonegoro
Wednesday, May 31, 2023

Sirine Kuno Penanda Berbuka Puasa

- Advertisement -

BLORA, Radar Bojonegoro – Suara sirine menggema di Alun-Alun Blora setiap menjelang magrib. Sirine kuno peninggalan zaman Belanda itu masih tetap berfungsi. Namun, kegunaanya berubah. Tidak lagi menjadi tanda akan terjadinya perang.

 

Namun, menjadi penanda waktu magrib saat berbuka puasa. Warga Blora menyebut sirine itu dengan istilah nguk. Itu sesuai dengan suara yang dikeluarkan alat itu.

 

Alam, salah satu petugas yang menyalan sirine mengatakan, sirine tersebut sudah digunakan sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya oleh Belanda digunakan untuk sebagai penanda akan datangnya serangan musuh. Kini, sirine tersebut digunakan untuk melepas rindu berbuka puasa bulan Ramadan untuk masyarakat Blora.

- Advertisement -

 

‘’Suaranya tidak bisa lama. Dibunyikan selama kurang lebih dua menit karena kalau terlalu lama bisa kobong atau konslet,’’ terangya kepada Jawa Pos Radar Bojonegoro.

 

Selain itu, sirine kuno tersebut sering bermasalah. Sebab, di dalam sirine tersebut biasanya ada rumah semut. Bahkan, beberapa waktu lalu digunakan bersarang tokek.

 

‘’Itu kemarin kami turunkan dan bersihkan. Sebab digunakan setahun sekali atau ada kegiatan lainnya yang menggunakan sirine tersebut. Sampai saat ini masih terawatt. Awal puasa biasanya nggak dinyalakan karena dibersihkan dulu,’’ terangnya.

 

Terpisah, salah satu pedagang yang berada di Alun-Alun Blora Zufarul mengatakan, nguk memang jadi ciri khas bagi masyarakat setempat saat berkunjung ke Alun-Alun Blora. ‘’Suaranya nyaring kenceng. Itu sudah ada sebelum saya lahir malahan,’’ tuturnya. (hul/zim)

BLORA, Radar Bojonegoro – Suara sirine menggema di Alun-Alun Blora setiap menjelang magrib. Sirine kuno peninggalan zaman Belanda itu masih tetap berfungsi. Namun, kegunaanya berubah. Tidak lagi menjadi tanda akan terjadinya perang.

 

Namun, menjadi penanda waktu magrib saat berbuka puasa. Warga Blora menyebut sirine itu dengan istilah nguk. Itu sesuai dengan suara yang dikeluarkan alat itu.

 

Alam, salah satu petugas yang menyalan sirine mengatakan, sirine tersebut sudah digunakan sejak zaman penjajahan Belanda. Awalnya oleh Belanda digunakan untuk sebagai penanda akan datangnya serangan musuh. Kini, sirine tersebut digunakan untuk melepas rindu berbuka puasa bulan Ramadan untuk masyarakat Blora.

- Advertisement -

 

‘’Suaranya tidak bisa lama. Dibunyikan selama kurang lebih dua menit karena kalau terlalu lama bisa kobong atau konslet,’’ terangya kepada Jawa Pos Radar Bojonegoro.

 

Selain itu, sirine kuno tersebut sering bermasalah. Sebab, di dalam sirine tersebut biasanya ada rumah semut. Bahkan, beberapa waktu lalu digunakan bersarang tokek.

 

‘’Itu kemarin kami turunkan dan bersihkan. Sebab digunakan setahun sekali atau ada kegiatan lainnya yang menggunakan sirine tersebut. Sampai saat ini masih terawatt. Awal puasa biasanya nggak dinyalakan karena dibersihkan dulu,’’ terangnya.

 

Terpisah, salah satu pedagang yang berada di Alun-Alun Blora Zufarul mengatakan, nguk memang jadi ciri khas bagi masyarakat setempat saat berkunjung ke Alun-Alun Blora. ‘’Suaranya nyaring kenceng. Itu sudah ada sebelum saya lahir malahan,’’ tuturnya. (hul/zim)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/