24.9 C
Bojonegoro
Tuesday, May 30, 2023

Butuh Solusi Terbebas Langganan Banjir

- Advertisement -

BLORA, Radar Bojonegoro – Kecamatan Cepu menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Termasuk tahun ini, di awal musim penghujan ini sejak awal November sudah dua kali direndam banjir.
Terakhir Sabtu (27/11) lalu, banjir kembali menggenangi permukiman di Kecamatan Cepu. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Blora mencatat bukan hanya Kecamatan Cepu, sebaliknya juga di Kecamatan Kradenan juga mengalami bajir cukup parah, karena menggenangi 256 rumah. Sehingga membutuhkan penanganan agar daerah-daerah ini tidak lagi menjadi langganan banjir.
Kapala Pelaksana BPBD Blora Slamet Widodo mengatakan, hujan lebat di wilayah Kecamatan Cepu, dan Kecamatan Kradenan dengan durasi lama menyebabkan banjir luapan dari sungai.
Banjir itu menggenangi permukiman Kecamatan Cepu di Kelurahan Balun 7 rumah, Kelurahan Ngelo 20 rumah. ‘’Ketinggian air rata-rata 20-40 sentimeter,’’ ujarnya.
Banjir di Kecamatan Cepu ini karena air kiriman dari Kecamatan Sambong. Karena posisi wilayah Sambong lebih tinggi, kemudian air mengalir ke arah Cepu. Namun, tidak bisa mengalir langsung ke Bengawan Solo. ‘’Banjirnya itu ada banjir luapan dan juga banjir kiriman,’’ bebernya.
Menurut Widodo, banjir di Kecamatan Kradenan tersebar di Desa Sumber ada 225 rumah terdampak, dengan ketinggian air 30-60 sentimeter. Sampai Desember nanti, curah hujan di Blora diperkirakan terus tinggi. Karena setelah memasuki musim hujan di awal November diperkirakan Desember nanti memasuki puncak musim penghujan. ‘’Puncak musim hujan di mulai Desember 2021 sampai dengan Februari 2022,’’ bebernya.
Selama musim penghujan ini, Blora masih berpotensi mengalami bencana banjir, puting beliung, dan tanah longsor. Sehingga masyarakat tetap waspada dengan melakukan penebangan atau perapian pohon yang tinggi atau sudah lapuk dan yang rawan roboh.
Untuk menghindari banjir susulan, harus menjaga kebersihan saluran air dari sampah atau yang dapat menghambat aliran airnya. ‘’Jangan buang sampah di sungai. Tetap siaga banjir apabila hujan deras lebih dari satu jam untuk yang tinggal di daerah aliran sungai,’’ imbuhnya.
Sementara itu, Camat Cepu Bambang Sugiyarto mengatakan, untuk pemecahan masalah banjir di Cepu ini ada rencana pembuatan dua embung di sisi kanan dan kiri sungai yang menjadi jalur air dari Kecamatan Sambong.
Nantinya air embung itu untuk menampung air kiriman. ‘’Itu masih rencana, kemungkinan embung itu ditempatan di Ngroto,’’ imbuhnya.
Dengan pembangunan embung tersebut, air tidak akan lagi parkir di perkotaan. Harapannya, air kiriman itu bisa langsung ke Bengawan Solo.

BLORA, Radar Bojonegoro – Kecamatan Cepu menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Termasuk tahun ini, di awal musim penghujan ini sejak awal November sudah dua kali direndam banjir.
Terakhir Sabtu (27/11) lalu, banjir kembali menggenangi permukiman di Kecamatan Cepu. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Blora mencatat bukan hanya Kecamatan Cepu, sebaliknya juga di Kecamatan Kradenan juga mengalami bajir cukup parah, karena menggenangi 256 rumah. Sehingga membutuhkan penanganan agar daerah-daerah ini tidak lagi menjadi langganan banjir.
Kapala Pelaksana BPBD Blora Slamet Widodo mengatakan, hujan lebat di wilayah Kecamatan Cepu, dan Kecamatan Kradenan dengan durasi lama menyebabkan banjir luapan dari sungai.
Banjir itu menggenangi permukiman Kecamatan Cepu di Kelurahan Balun 7 rumah, Kelurahan Ngelo 20 rumah. ‘’Ketinggian air rata-rata 20-40 sentimeter,’’ ujarnya.
Banjir di Kecamatan Cepu ini karena air kiriman dari Kecamatan Sambong. Karena posisi wilayah Sambong lebih tinggi, kemudian air mengalir ke arah Cepu. Namun, tidak bisa mengalir langsung ke Bengawan Solo. ‘’Banjirnya itu ada banjir luapan dan juga banjir kiriman,’’ bebernya.
Menurut Widodo, banjir di Kecamatan Kradenan tersebar di Desa Sumber ada 225 rumah terdampak, dengan ketinggian air 30-60 sentimeter. Sampai Desember nanti, curah hujan di Blora diperkirakan terus tinggi. Karena setelah memasuki musim hujan di awal November diperkirakan Desember nanti memasuki puncak musim penghujan. ‘’Puncak musim hujan di mulai Desember 2021 sampai dengan Februari 2022,’’ bebernya.
Selama musim penghujan ini, Blora masih berpotensi mengalami bencana banjir, puting beliung, dan tanah longsor. Sehingga masyarakat tetap waspada dengan melakukan penebangan atau perapian pohon yang tinggi atau sudah lapuk dan yang rawan roboh.
Untuk menghindari banjir susulan, harus menjaga kebersihan saluran air dari sampah atau yang dapat menghambat aliran airnya. ‘’Jangan buang sampah di sungai. Tetap siaga banjir apabila hujan deras lebih dari satu jam untuk yang tinggal di daerah aliran sungai,’’ imbuhnya.
Sementara itu, Camat Cepu Bambang Sugiyarto mengatakan, untuk pemecahan masalah banjir di Cepu ini ada rencana pembuatan dua embung di sisi kanan dan kiri sungai yang menjadi jalur air dari Kecamatan Sambong.
Nantinya air embung itu untuk menampung air kiriman. ‘’Itu masih rencana, kemungkinan embung itu ditempatan di Ngroto,’’ imbuhnya.
Dengan pembangunan embung tersebut, air tidak akan lagi parkir di perkotaan. Harapannya, air kiriman itu bisa langsung ke Bengawan Solo.

Artikel Terkait

Most Read

Bakal Bangun Embung

SMAN 4 Tuban Goes to E-Learning Education

Artikel Terbaru


/