TRADISI: Penari Tayub Blora saat tampil di acara peringatan berdirinya Praja Mangkunegaran di Surakarta beberapa waktu lalu. (RIYANTO ADI ASRI/RDR.BLORA)
- Advertisement -
BLORA, Radar Bojonegoro – Kesenian Tayub di Blora masih eksis hingga kini. Tayub masih sering dipentaskan di berbagai acara. Mulai pernikahan hingga acara lainnya. Tayub Blora juga sering dipentaskan di tingkat provinsi hingga nasional.
Negro Plangton Firdaus, salah satu penari tayub mengatakan, kebudayaan asli Blora tersebut masih eksis hingga saat ini karena mampu mengikuti perkembangan zaman. Sajian Tayub Blora sedikit dimodifikasi mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern. Namun, tetap tidak mengurangi nilai-nilai luhur di dalamnya.
Awalnya, lanjutnya, tayub bersifat sakral dan hanya disajikan di lingkungan keraton. Kini tarian tersebut menjadi tarian masyarakat luas dan ditampilkan dalam acara-acara kesenian.
‘’Misalnya saat ini tayub ditampilkan saat upacara masyarakat umum. Seperti, bersih desa atau gasdeso yang biasa dilakukan saat masa panen setahun sekali. Dalam acara pernikahan juga. Biasanya diundang untuk memeriahkan,’’ tutur pemuda 22 tahun tersebut.
Seiring perkembangan zaman tayub menjadi sebuah pertunjukan hiburan yang menjadi suatu kelangenan atau ucapan bersyukur masyarakat Blora.
‘’Saat tampil di Mangkunegaran Surakarta minggu lalu, sajiannya lebih dikreasikan dan mengandung konsep lebih historis sosial kota Blora,’’ tuturnya.
Ketua Dewan Kebudayaan Blora (DKB) Dalhar Mohammadun mengatakan, seni tayub memang paling menonjol di Blora. Hal tersebut berbeda dengan kebudayaan lainnya yang mulai punah. Salah satunya kentrung. ‘’Tayub masih eksis sampai saat ini. Mungkin ada beberapa persoalan terkait kondisi faktual seni tayub. Ini sudah ada agenda pertemuan dengan praktisi tayub dan dinas terkait untuk membahas tayub kedepannya,’’ tuturnya. (hul/zim)
BLORA, Radar Bojonegoro – Kesenian Tayub di Blora masih eksis hingga kini. Tayub masih sering dipentaskan di berbagai acara. Mulai pernikahan hingga acara lainnya. Tayub Blora juga sering dipentaskan di tingkat provinsi hingga nasional.
Negro Plangton Firdaus, salah satu penari tayub mengatakan, kebudayaan asli Blora tersebut masih eksis hingga saat ini karena mampu mengikuti perkembangan zaman. Sajian Tayub Blora sedikit dimodifikasi mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern. Namun, tetap tidak mengurangi nilai-nilai luhur di dalamnya.
Awalnya, lanjutnya, tayub bersifat sakral dan hanya disajikan di lingkungan keraton. Kini tarian tersebut menjadi tarian masyarakat luas dan ditampilkan dalam acara-acara kesenian.
‘’Misalnya saat ini tayub ditampilkan saat upacara masyarakat umum. Seperti, bersih desa atau gasdeso yang biasa dilakukan saat masa panen setahun sekali. Dalam acara pernikahan juga. Biasanya diundang untuk memeriahkan,’’ tutur pemuda 22 tahun tersebut.
Seiring perkembangan zaman tayub menjadi sebuah pertunjukan hiburan yang menjadi suatu kelangenan atau ucapan bersyukur masyarakat Blora.
‘’Saat tampil di Mangkunegaran Surakarta minggu lalu, sajiannya lebih dikreasikan dan mengandung konsep lebih historis sosial kota Blora,’’ tuturnya.
Ketua Dewan Kebudayaan Blora (DKB) Dalhar Mohammadun mengatakan, seni tayub memang paling menonjol di Blora. Hal tersebut berbeda dengan kebudayaan lainnya yang mulai punah. Salah satunya kentrung. ‘’Tayub masih eksis sampai saat ini. Mungkin ada beberapa persoalan terkait kondisi faktual seni tayub. Ini sudah ada agenda pertemuan dengan praktisi tayub dan dinas terkait untuk membahas tayub kedepannya,’’ tuturnya. (hul/zim)