31.1 C
Bojonegoro
Thursday, June 1, 2023

Dibangun 1928, Gereja Katolik Roma Pertama antara Soerabaia dan Semarang

Jejak Gereja Tertera dalam Surat Kabar Belanda

- Advertisement -

BLORA, Radar Bojonegoro – Bangunan Gereja Santo Willibrordus selesai pada 1928. Sebagaimana dikabarkan dalam dua surat kabar Hindia Belanda yaitu De Locomotief, pada 1928 dan De Indische Courant, pada tahun sama. Kedua artikel terbitan Belanda tersebut sama-sama menjelaskan peletakan batu pertama Gereja Wilibrodus Tjepoe. Bangunan siap dan digunakan setelah Paskah.

 

Temmy Setiawan, salah satu pemerhati sejarah dan kebudayaan Cepu mengatakan, sebelum dibangun dan diresmikan, pengabaran berita akan dibangunnya sebuah gereja di Cepu sudah santer terdengar setahun sebelumnya, yakni pada 1927. Saat itu, banyak jemaat mengadakan kebaktian dari rumah ke rumah sesama karyawan B.P.M Eropa.

 

“Fakta itu tercatat dalam koran belanda De locomotief 1927 disebutkan melakukan upaya menyurati pemerintah untuk pengajuan izin dan dana pembanguan gereja,” katanya.

- Advertisement -

 

Selanjutnya, secara maraton, pembangunan berlangsung cepat.

Didatangkan arsitektur Belanda membuat draf rancang bangun gereja cenderung gabungan neo klasik dan gotik. Dari laporan seorang pegawai Kurir menulis dari Tjepoe pada Minggu 29 Januari adalah hari tak terlupakan bagi penduduk Katolik Tjepoe dan daerah sekitarnya, pusat B.P.M, Boschwezen dan N.I.S.

 

Setelah perayaan Misa Kudus oleh Z.E. Bpk.Dr.Th. de Backere, pendeta Surabaya, di ruang pertemuan B.P.M. Di hadapan hampir seluruh umat Katolik, peresmian fondasi dan tempat pembuatan batu peringatan R.K. Gereja Tjepoe.

 

Setelah piagam dibacakan, ditandatangani semua hadir. Menjorok dindingnya diberi batu bata. Dalam pidato Pendeta De Backere menunjukkan pentingnya konsekras (suatu yang dikuduskan), gereja tersebut didedikasikan untuk St. Willibrordus.

 

Dalam surat kabar itu tertera: “Ini adalah Gereja Katolik Roma pertama antara Soerabaia dan Semarang”. (luk/rij)

BLORA, Radar Bojonegoro – Bangunan Gereja Santo Willibrordus selesai pada 1928. Sebagaimana dikabarkan dalam dua surat kabar Hindia Belanda yaitu De Locomotief, pada 1928 dan De Indische Courant, pada tahun sama. Kedua artikel terbitan Belanda tersebut sama-sama menjelaskan peletakan batu pertama Gereja Wilibrodus Tjepoe. Bangunan siap dan digunakan setelah Paskah.

 

Temmy Setiawan, salah satu pemerhati sejarah dan kebudayaan Cepu mengatakan, sebelum dibangun dan diresmikan, pengabaran berita akan dibangunnya sebuah gereja di Cepu sudah santer terdengar setahun sebelumnya, yakni pada 1927. Saat itu, banyak jemaat mengadakan kebaktian dari rumah ke rumah sesama karyawan B.P.M Eropa.

 

“Fakta itu tercatat dalam koran belanda De locomotief 1927 disebutkan melakukan upaya menyurati pemerintah untuk pengajuan izin dan dana pembanguan gereja,” katanya.

- Advertisement -

 

Selanjutnya, secara maraton, pembangunan berlangsung cepat.

Didatangkan arsitektur Belanda membuat draf rancang bangun gereja cenderung gabungan neo klasik dan gotik. Dari laporan seorang pegawai Kurir menulis dari Tjepoe pada Minggu 29 Januari adalah hari tak terlupakan bagi penduduk Katolik Tjepoe dan daerah sekitarnya, pusat B.P.M, Boschwezen dan N.I.S.

 

Setelah perayaan Misa Kudus oleh Z.E. Bpk.Dr.Th. de Backere, pendeta Surabaya, di ruang pertemuan B.P.M. Di hadapan hampir seluruh umat Katolik, peresmian fondasi dan tempat pembuatan batu peringatan R.K. Gereja Tjepoe.

 

Setelah piagam dibacakan, ditandatangani semua hadir. Menjorok dindingnya diberi batu bata. Dalam pidato Pendeta De Backere menunjukkan pentingnya konsekras (suatu yang dikuduskan), gereja tersebut didedikasikan untuk St. Willibrordus.

 

Dalam surat kabar itu tertera: “Ini adalah Gereja Katolik Roma pertama antara Soerabaia dan Semarang”. (luk/rij)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/