BLORA, Radar Bojonegoro – Tumbukan alu diayunkan ibu-ibu membentuk suara yang harmoni. Mengetuk lesung dengan nada bergantian. Membentuk irama. Berpadu nyanyian khas masa lalu seperti sindir dan tembang-tembang Jawa, menambah kuat musik lesung ini.
Dalam pertunjukan lesung tersebut terdapat tujuh ibu-ibu paro baya kompak memainkan penumbuk dan menyanyikan lagu. Tidak bisa dipungkiri jika untuk memadukan keserasian bunyi yang keluar dari pukulan dibutuhkan kekompakan antarpemukul.
Isnan Prabowo panitia pentas Seni Tradisonal Desa Kemantren, Blora mengaku, musik lesung dalam kebudayaan daerah biasanya digunakan untuk menyambut tamu. Kebudayaan tersebut sudah turun temurun sampai saat ini. “Pentas yang kami selenggarakan salah satunya bertujuan untuk tetap melestarikan kesenian tradisional,” terangnya.
Menurut Isnan, dalam kesenian tradisional bisa menyambungkan rasa, terutama antar masyarakat desa. Dengan kesenian yang diperagakan berkelompok menjadi contoh kebersamaan. Hal itulah yang menjadi nilai tambah bagi masyarakat yang menyaksikan. “Mampu membangkitkan rasa antar sesama,” terangnya.
Selain penampilan lesung, juga terdapat kesenian lain seperti Barongan, Jedoran, Karawitan, Hadroh, Gejluk dan Kustik. Dengan durasi acara hingga sehari penuh dimulai pukul 09.00 hingga 22.00 malam.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Blora, Kunto Aji menjelaskan, kesenian lesung masih banyak sukai dan dilestarikan warga, terutama untuk penyambutan tamu ketika ada hajatan. Juga bisa digunakan untuk tampil di pentas-pentas yang diadakan masyarakat. “Iya, khazanah kebudayaan tradisional itu harus dijaga dan dilestarikan terutama bagi generasi muda,” tuturnya. (luk/rij)