24.8 C
Bojonegoro
Friday, March 31, 2023

Destinasi Wisata Tengah Hutan yang Melegenda

Sumur Tua Ledok Kecamatan Sambong

- Advertisement -

BLORA, Radar Bojonegoro – Deru suara disel pengungkit minyak di sumur tua Ledok Kecamatan Sambong menggugah kesunyian hutan. Emas hitam tersebut masih menjadi tumpuan para penambang lokal. Selain itu, destinasi wisata juga dikembangkan dengan kolam renang Kedungpupur yang eksotis di tengah hutan menuju area penambangan.

 

Lokasi sumur minyak ini ada di area Perhutani dengan jalan berbatu. Ada banyak titik sumur tua yang masih difungsikan di desa tersebut. Para penambang masih menggunakan alat-alat sederhana. Mesin disel dan pengungkit minyak dari dalam tanah yang masih manual, dengan jungkat-jungkut dan katrol untuk mempermudah. Juga ada yang sudah menggunakan mesin lebih modern.

 

Daryono, Ketua Kelompok Penambang mengungkapkan, penambang masih aktif bekerja di sumur-sumur tua peninggalan Belanda. Tambang tersebut menjadi pemasukan bagi warga sekitar. Emas hitam tersebut menjadi tumpuan warga Ledok dan sekitarnya.

- Advertisement -

 

‘’Pengelolaannya dilakukan berkelompok, setiap ada invensor yang ingin mengelola perlu menggandeng kelompok,’’ ujarnya.

 

Daryono menjelaskan, para penambang diharuskan memakai alat pelindung diri (APD) saat bekerja. Hal itu dilakukan untuk menjaga keselamatan penambang.

 

Sebagai tumpuan ekonomi para penambang, kelestarian alam juga menjadi bagian yang tengah digarap bersama kelompoknya.

 

‘’Ini juga sedang kami rencanakan kedepan untuk kelestarian alam,’’ jelasnya.

 

Selain sumber daya alam, sumur tua tersebut juga terdapat wisata yang tak kalah menariknya, yang ditengarai juga merupakan bekas bangunan Belanda yakni Kedungpupur. Lokasinya berada tepat sebelum memasuki area pertambangan sumur tua dengan rute masuk ke dalam hutan. Jalanan berbatu akan memberikan sensasi tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung, bagaimana asyiknya memasuki hutan.

AKTIF: Para pekerja tambang sumur tua sedang melakukan aktivitas memasang peralatan disel. (ISTIMEWA FOR RDR.BLORA)

Beberapa wahana seperti flaying fox, kolam renang, gazebo-gazebo, dan spot selfi yang Instagramable tersaji di area wisata Kedungpupur tak jauh dari tambang.

 

Perbaikan terakhir dilakukan pada 2018 lalu dengan menambahkan fasilitas kamar mandi, bumi perkemahan, saung, tempat penitipan tas, dan wahana outbond.

 

Minyak Ledok menjadi bagian titik sentral sejarah perminyakan di Cepu saat Konsesi Panolan.

 

Menurut Pengamat Sejarah dan Kebudayaan Cepu Temy Setiawan, seperti diketahui bersama Ardian Stoop bersama Raden Tumenggung Cokronegoro III berhasil menemukan sumber minyak di daerah Ledok-Sambong sekitar abad ke-19.

 

‘’Awalnya berdasarkan manuskrip kuno milik keluarga Bupati Blora Raden Tumenggung Cokronegoro III di mana disebutkan bahwa ada daerah sekitar Kawedanan Panolan sebelah utara terdapat sumber mata air yang besar,’’tulisnya.

 

Waktu itu terjadi kekeringan air di Blora, maka dilakukan pengeboran sumur di daerah Desa Ledok tersebut. Tetapi yang ditemukan ternyata adalah minyak mentah, yang dalam sejarah ke depannya oleh pemerintah Hindia Belanda menjadi sumur sebagai lokasi eksplorasi minyak. (*)

BLORA, Radar Bojonegoro – Deru suara disel pengungkit minyak di sumur tua Ledok Kecamatan Sambong menggugah kesunyian hutan. Emas hitam tersebut masih menjadi tumpuan para penambang lokal. Selain itu, destinasi wisata juga dikembangkan dengan kolam renang Kedungpupur yang eksotis di tengah hutan menuju area penambangan.

 

Lokasi sumur minyak ini ada di area Perhutani dengan jalan berbatu. Ada banyak titik sumur tua yang masih difungsikan di desa tersebut. Para penambang masih menggunakan alat-alat sederhana. Mesin disel dan pengungkit minyak dari dalam tanah yang masih manual, dengan jungkat-jungkut dan katrol untuk mempermudah. Juga ada yang sudah menggunakan mesin lebih modern.

 

Daryono, Ketua Kelompok Penambang mengungkapkan, penambang masih aktif bekerja di sumur-sumur tua peninggalan Belanda. Tambang tersebut menjadi pemasukan bagi warga sekitar. Emas hitam tersebut menjadi tumpuan warga Ledok dan sekitarnya.

- Advertisement -

 

‘’Pengelolaannya dilakukan berkelompok, setiap ada invensor yang ingin mengelola perlu menggandeng kelompok,’’ ujarnya.

 

Daryono menjelaskan, para penambang diharuskan memakai alat pelindung diri (APD) saat bekerja. Hal itu dilakukan untuk menjaga keselamatan penambang.

 

Sebagai tumpuan ekonomi para penambang, kelestarian alam juga menjadi bagian yang tengah digarap bersama kelompoknya.

 

‘’Ini juga sedang kami rencanakan kedepan untuk kelestarian alam,’’ jelasnya.

 

Selain sumber daya alam, sumur tua tersebut juga terdapat wisata yang tak kalah menariknya, yang ditengarai juga merupakan bekas bangunan Belanda yakni Kedungpupur. Lokasinya berada tepat sebelum memasuki area pertambangan sumur tua dengan rute masuk ke dalam hutan. Jalanan berbatu akan memberikan sensasi tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung, bagaimana asyiknya memasuki hutan.

AKTIF: Para pekerja tambang sumur tua sedang melakukan aktivitas memasang peralatan disel. (ISTIMEWA FOR RDR.BLORA)

Beberapa wahana seperti flaying fox, kolam renang, gazebo-gazebo, dan spot selfi yang Instagramable tersaji di area wisata Kedungpupur tak jauh dari tambang.

 

Perbaikan terakhir dilakukan pada 2018 lalu dengan menambahkan fasilitas kamar mandi, bumi perkemahan, saung, tempat penitipan tas, dan wahana outbond.

 

Minyak Ledok menjadi bagian titik sentral sejarah perminyakan di Cepu saat Konsesi Panolan.

 

Menurut Pengamat Sejarah dan Kebudayaan Cepu Temy Setiawan, seperti diketahui bersama Ardian Stoop bersama Raden Tumenggung Cokronegoro III berhasil menemukan sumber minyak di daerah Ledok-Sambong sekitar abad ke-19.

 

‘’Awalnya berdasarkan manuskrip kuno milik keluarga Bupati Blora Raden Tumenggung Cokronegoro III di mana disebutkan bahwa ada daerah sekitar Kawedanan Panolan sebelah utara terdapat sumber mata air yang besar,’’tulisnya.

 

Waktu itu terjadi kekeringan air di Blora, maka dilakukan pengeboran sumur di daerah Desa Ledok tersebut. Tetapi yang ditemukan ternyata adalah minyak mentah, yang dalam sejarah ke depannya oleh pemerintah Hindia Belanda menjadi sumur sebagai lokasi eksplorasi minyak. (*)

Artikel Terkait

Most Read

Haul Langitan, Steril Kendaraan Berat

Dua Jalan Diusulkan Naik Kelas

Antar Mahasiswa Siap Hadapi Tuntutan Zaman

Basuki Unggul di TPS-nya

Artikel Terbaru

Koleksi 50 Boneka di Rumah

Diparkir di Kos, Motor Raib

Amankan Pengedar SS di Pantura


/