BLORA – Sejak Sabtu (10/3) lalu, enam kecamatan di Blora dilanda banjir. Hingga senin (12/3), beberapa daerah masih tergenang air. Antara lain, di wilayah Desa Jagong, Kecamatan Kunduran, ada 30 rumah yang terendam banjir, bahkan akses jalan masih belum bisa dilewati. Sehingga, aktivitas warga terganggu.
Seorang warga Desa Jagong, Siti Mahmudah mengatakan, banjir di desanya karena luapan sungai yang berada di sebelah timur desa. Luapan sungai akibat Bendungan Karanggeneng meluap, dan tidak mampu menampung air hujan yang turun dengan intensitas tinggi.
“Hampir satu desa tergenang dengan ketinggian bervariasi, dan akses jalan ada yang belum bisa dilewati,” ungkapnya senin (12/3). Menurut Mahmudah, banjir di desanya hampir setiap tahun terjadi. Namun, banjir kali ini yang paling parah. Ketinggian air mencapai satu meter, sehingga masuk ke rumah-rumah warga. “Biasanya hanya jalan saja yang terendam,” ungkapnya. Warga lain, Sumari mengungkapkan, rumahnya kemasukan air setinggi 30 sentimeter.
Terpaksa harus menggunakan pompa diesel untuk menguras air keluar rumahnya. Menurut dia, banjir di desanya hampir terjadi setiap tahun. Hal itu terjadi karena pendangkalan sungai yang mengalir di timur desanya. “Harapannya, pemerintah segera memperbaiki sungai yang mulai dangkal, biar kalau hujan tidak meluber ke rumah warga lagi,” ujarnya.
Anggota Tim Respon Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Blora, Agung Tri membenarkan, salah satu yang masih tergenang banjir yakni di Desa Jegong, Kecamatan Kunduran, yang disebabkan sistem drainase sungai di desa itu tidak lancar.
“Tapi banjir mulai surut dan aktivitas warga serta lalu lintas mulai normal,” ujarnya. Banjir melanda enam wilayah kecamatan di Blora sejak Sabtu (10/3) hingga Minggu (11/3). Yakni Kecamatan Cepu, Kradenan, Jati, Randublatung, Kunduran, dan Kedungtuban.
Puluhan rumah, sekolah, jalan, dan rumah ibadah terendam banjir. Bahkan, beberapa jembatan mengalami putus. Banjir tersebut dipicu intensitas hujan yang tinggi, sedangkan bendungan dan sungai tidak mampu menampung air. Akhirnya meluap menjadi banjir.