- Advertisement -
BLORA, Radar Bojonegoro – Desa Kepoh Kecamatan Jati tergolong miskin ekstrem. Padahal, desa itu memiliki potensi pertanian yang besar khususnya komoditas jagung.
Yudi Kurniawan, salah satu warga setempat mengatakan bahwa, akses jalan menjadi keluhan utama bagi masyarakat desa. Jalan yang rusak mengganggu distribusi penjualan hasil panen. Padahal, desa tersebut mampu memproduksi jagung sekitar 200 ton bahkan lebih sekali panen.
‘’Jalan utama itu butuh 45 menit hingga 1 jam untuk mendistribusikan hasil panen. Sedangkan, jalan alternatif lebih efisien dengan hanya membutuhkan waktu 15 menit,’’ terangnya.
- Advertisement -
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa (PMD) Blora Yayuk Windarti mengatakan, pemberdayaan desa yang berasal dari usulan-usulan desa mulai ditindaklanjuti pemkab. Namun, pemberdayaan desa juga melihat kembali pada kemampuan APBD.
‘’Permasalahan infrastruktur pasti berkaitan dengan perekonomian. Kami akan tindaklanjuti agar nantinya tahu solusi yang tepat seperti apa,’’ jelasnya.
Desa Kepoh kini berproses menjadi desa ramah perempuan dan peduli anak (DRPPA) sebagai stimulus memberdayakan desa tersebut. Pemkab Blora dan Pemprov Jawa Tengah bekerjasama dalam program itu.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Jawa Tengah Retno Sudewi mengatakan, DRPPA merupakan salah satu arahan Presiden Joko Widodo  terkait peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan yang berperspektif gender.
‘’Upaya ini diharapkan mampu menggali potensi-potensi yang bisa dikembangkan dan meningkatkan roda perekonomian keluarga. Apalagi Desa Kepoh punya potensi pertanian yang perlu diberdayakan,’’tuturnya (hul/zim)
BLORA, Radar Bojonegoro – Desa Kepoh Kecamatan Jati tergolong miskin ekstrem. Padahal, desa itu memiliki potensi pertanian yang besar khususnya komoditas jagung.
Yudi Kurniawan, salah satu warga setempat mengatakan bahwa, akses jalan menjadi keluhan utama bagi masyarakat desa. Jalan yang rusak mengganggu distribusi penjualan hasil panen. Padahal, desa tersebut mampu memproduksi jagung sekitar 200 ton bahkan lebih sekali panen.
‘’Jalan utama itu butuh 45 menit hingga 1 jam untuk mendistribusikan hasil panen. Sedangkan, jalan alternatif lebih efisien dengan hanya membutuhkan waktu 15 menit,’’ terangnya.
- Advertisement -
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa (PMD) Blora Yayuk Windarti mengatakan, pemberdayaan desa yang berasal dari usulan-usulan desa mulai ditindaklanjuti pemkab. Namun, pemberdayaan desa juga melihat kembali pada kemampuan APBD.
‘’Permasalahan infrastruktur pasti berkaitan dengan perekonomian. Kami akan tindaklanjuti agar nantinya tahu solusi yang tepat seperti apa,’’ jelasnya.
Desa Kepoh kini berproses menjadi desa ramah perempuan dan peduli anak (DRPPA) sebagai stimulus memberdayakan desa tersebut. Pemkab Blora dan Pemprov Jawa Tengah bekerjasama dalam program itu.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Jawa Tengah Retno Sudewi mengatakan, DRPPA merupakan salah satu arahan Presiden Joko Widodo  terkait peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan yang berperspektif gender.
‘’Upaya ini diharapkan mampu menggali potensi-potensi yang bisa dikembangkan dan meningkatkan roda perekonomian keluarga. Apalagi Desa Kepoh punya potensi pertanian yang perlu diberdayakan,’’tuturnya (hul/zim)