BLORA, Radar Bojonegoro – Banjir yang kerap melanda Kecamatan Cepu segera mendapatkan penanganan. Tahun ini Pemkab Blora mengalokasikan anggaran sebesar Rp 8 miliar untuk penanganannya. Sayangnya, penanganan itu masih belum menyentuh penataan bangunan liar. Padahal, bangunan liar yang banyak berdiri di atas bantaran sungai menjadi salah satu penyebab banjir.
“Penanganan banjir di Cepu untuk penataan permukiman (di atas bantaran sungai) belum sampai ke sana pembahasannya,” ungkap Camat Cepu Budiman kemarin (9/2).
Budiman mengungkapkan, pembahasan penataan bangunan liar yang menyebabkan penyempitan sungai belum dibahas secara menyeluruh. Namun, jika direalisikan perlu adanya sosialisasi kepada warga yang menempati.
“Misalkan ada yang terdampak diawali sosialisasi. Nanti teknisnya kan di DPUPR,” jelasnya.
Meski tidak ada penataan bangunan liar, penanganan banjir Cepu tahun ini dipastikan terealisasi. Yakni, dengan pembangunan embung, pemasangan u-ditch di beberapa titik saluran dan normalisasi sungai.
Tahun ini Pemkab Blora mengalokasikan Rp 8 miliar untuk penanganan banjir di wilayah Cepu. Dana itu dibagi untuk sejumlah kegiatan. Yakni, pembangunan embung sebesar Rp 3,7 miliar, pembagunan tanggul pengendali banjir Rp 1,8 miliar, rehabilitasi drainase di Jalan Sorogo Rp 1,8 miliar, dan rehabilitasi drainase Ngareng sebesar Rp 700 juta.
“Embung positif tahun ini. Ada beberapa kegiatan yang mencakup lima kelurahan dan satu desa. Normalisasi dilakukan lagi tahun ini,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang (DPUPR) Blora Surat mengungkapkan, bangunan yang berdiri di sempadan kanal-kanal sungai, pihaknya saat ini tengah mengkajinya bersama pihak kecamatan dan kelurahan. Sebab jika ditertibkan langsung akan mempunyai dampak sosial kepada pemilik bangunan.
“Kami sedang inventarisir, bangunan-bangunan yang mempunyai izin,” jelasnya.
Surat mengharap, jika kajian usai dan memungkinkan bangunan untuk ditertibkan, pemilik harus sadar. Karena dari data yang dimilikinya, bangunan-bangunan permanen dan semi permanen sudah berdiri di beberapa titik tanggul.
“Kami tetap kedepankan rasa kemanusiaan, karena pembangunan kan untuk kebaikan bersama,” tuturnya. (luk/zim)