- Advertisement -
BLORA, Radar Bojonegoro – Tangan mungil Reidisna cukup cekatan memasak serabi di atas tungku. Adonan tepung ketan bercampur santan kental itu dimasukan satu persatu ke dalam cetakan.
Gadis kecil itu berjualan dengan ibunya sejak masih belia. Berjualan serabi menjadi tumpuan ekonomi keluarga sederhana tersebut.
Siswi kelas 5 SD itu sudah mulai membantu ibunya sejak duduk di kelas 3. Dia dan ibunya berjualan mulai dari jam satu siang hingga menjelang petang. Reidisna bagian memasak. Sedangkan ibunya bagian membuat adonan dan membungkus serabi.
- Advertisement -
‘’Anak saya sudah ikut bantu mulai dari kelas tiga SD hingga sekarang,’’ tutur sang ibu yang enggan disebutkan namanya.
Lokasi jualannya tidak jauh dari pertigaan jalan Randublatung. Sebelah barat KPH Randublatung. Sang ibu mengaku sudah berjualan serabi sejak ditinggal suaminya. Ia dan anaknya berjibaku dengan kondisi ekonomi. Akhirnya memutuskan jualan serabi sekitar 6 tahunan lalu.
“Dari jualan serabi ini alhamdulillah ekonomi tercukupi. Terlebih saat menjelang puasa dan ramadan banyak pesanan,” ujarnya.
Reidisna dan ibunya cerminan kelompok rentan yang perlu diberdayakan. Terlebih pada momen hari perempuan kemarin (8/3) menjadi bukti bahwa perempuan dengan ketekunan mampu berdikari.
Kepala Bidang P3A Dinsos P3A Blora Amida Hayu Kristiana mengaku pemkab mempunyai program yang menyasar janda-janda untuk diberdayakan. Terutama bagi istri yang bercerai dengan suami dan mempunyai usaha yang sedang dijalankan.
Namun, jumlahnya dibatasi hanya 20 orang per lokasi pelatihan pemberdayaan perempuan. Tahun ini diperkirakan ada di 8 titik. “Penentuannya (dimana saja) dikoordinasikan, akan dirapatkan wilayah utara selatan, barat. Kami juga memprogramkan desa ramah perempuan peduli anak,” ungkapnya. (luk/zim)
BLORA, Radar Bojonegoro – Tangan mungil Reidisna cukup cekatan memasak serabi di atas tungku. Adonan tepung ketan bercampur santan kental itu dimasukan satu persatu ke dalam cetakan.
Gadis kecil itu berjualan dengan ibunya sejak masih belia. Berjualan serabi menjadi tumpuan ekonomi keluarga sederhana tersebut.
Siswi kelas 5 SD itu sudah mulai membantu ibunya sejak duduk di kelas 3. Dia dan ibunya berjualan mulai dari jam satu siang hingga menjelang petang. Reidisna bagian memasak. Sedangkan ibunya bagian membuat adonan dan membungkus serabi.
- Advertisement -
‘’Anak saya sudah ikut bantu mulai dari kelas tiga SD hingga sekarang,’’ tutur sang ibu yang enggan disebutkan namanya.
Lokasi jualannya tidak jauh dari pertigaan jalan Randublatung. Sebelah barat KPH Randublatung. Sang ibu mengaku sudah berjualan serabi sejak ditinggal suaminya. Ia dan anaknya berjibaku dengan kondisi ekonomi. Akhirnya memutuskan jualan serabi sekitar 6 tahunan lalu.
“Dari jualan serabi ini alhamdulillah ekonomi tercukupi. Terlebih saat menjelang puasa dan ramadan banyak pesanan,” ujarnya.
Reidisna dan ibunya cerminan kelompok rentan yang perlu diberdayakan. Terlebih pada momen hari perempuan kemarin (8/3) menjadi bukti bahwa perempuan dengan ketekunan mampu berdikari.
Kepala Bidang P3A Dinsos P3A Blora Amida Hayu Kristiana mengaku pemkab mempunyai program yang menyasar janda-janda untuk diberdayakan. Terutama bagi istri yang bercerai dengan suami dan mempunyai usaha yang sedang dijalankan.
Namun, jumlahnya dibatasi hanya 20 orang per lokasi pelatihan pemberdayaan perempuan. Tahun ini diperkirakan ada di 8 titik. “Penentuannya (dimana saja) dikoordinasikan, akan dirapatkan wilayah utara selatan, barat. Kami juga memprogramkan desa ramah perempuan peduli anak,” ungkapnya. (luk/zim)