CEPU, Radar Bojonegoro – Dua rumah pemotongan hewan (RPH) belum representatif untuk pemotongan hewan kurban. Perlu penambahan sarana dan rehab gedung, seperti di RPH Cepu. Bangunan berumur sekitar 40 tahun itu pintunya tampak berkarat.
“Harusnya sudah saatnya pembangunan, butuh direhab seperti kandang di belakang juga sudah rusak, seumpama ada orang yang ingin potong di sini tempatnya terkesan bersih, enak,” ujar Enggal, salah satu petugas RPH Cepu saat ditemui Jawa Pos Radar Bojonegoro.
Enggal menjelaskan, rehab gedung diperlukan agar RPH tampak lebih bersih, sebab saat ini beberapa bagian bangunan sudah retak dan berkarat.
Sehingga, RPH masih terasa kotor meskipun sudah dibersihkan.
“Dahulu yang dibangun keramik dan pagar di depan, sedangkan belakang sudah ambruk semua,” jelasnya.
Enggal mengungkapkan, menjelang hari raya kurban, penyembelihan hewan di RPH cukup banyak, selain disembelih di perkampungan, RPH juga menjadi tempat yang dituju, tahun lalu memotong hingga ratusan ekor.
“Mulai dari sapi dan kambing, biasanya petugasnya dibantu dari dinas daerah dan Semarang, dilakukan pengecekan, apalagi saat ini lagi ada PMK,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pangan, Pertanian, Peternakan dan Perikanan (DP4) Blora Gundala Wejasena menjelaskan, untuk saat ini belum ada RPH yang representatif, sehingga tidak ada imbauan untuk penyembelihan di RPH.
“Ya RPH itu bisa digunakan tapi tidak representatif, tidak disarankan ke RPH,” tuturnya.
Gundala mengungkapkan, tahun ini tidak ada program rehab RPH di Blora dan Cepu. Namun, akan dibangun RPH baru dengan pengelolaan modern di dekat Pasar Sido Makmur. Diperkirakan membutuhkan anggaran Rp 3,2 miliar.
“Dari dana DAK dikonsep modern, ada untuk hewan atau ruminansia, dan unggas,” kataya. (luk/msu)