Anggita Dinar Ibnu Oktavy, 11, memiliki tips agar tidak takut ketinggian saat memanjat. Dia senang berlomba di nomor speed panjat tebing karena penilaian berdasarkan kecepatan waktu mencapai puncak
AUDINA HUTAMA PUTRI, Radar Lamongan
PAGI bersekolah, sore latihan, dan saat malam harus mengikuti les. Begitulah aktivitas sehari-hari Anggita Dinar Ibnu Oktavy. Sebagai atlet panjat tebing, dia harus pandai-pandai mengatur waktunya.
‘’Capek memang. Karena nggak bisa main-main sama teman-teman,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Lamongan kemarin (21/2).
Gita, sapaan akrabnya, tertarik cabor tersebut setelah menyaksikan latihan panjat tebing di GOR Lamongan. ‘’Teman-teman saya nggak ada yang ikut latihan karena takut. Untungnya saya nggak takut sama ketinggian. Latihan panjat tebing itu seru lho,’’ tutur siswi kelas V SD ini.
Awal berlatih, Gita sempat kesulitan meraih poin atau pijakan yang ada di wall. ‘’Satu bulan latihan sudah lancar manjatnya dan bisa pegang poin,’’ kenangnya.
Setelah berlatih beberapa bulan, Gita tampil pada kejuaraan panjat tebing terbuka Se-Kabupaten Lamongan di Karangbinangun. Turnamen tersebut hanya memertandingkan nomor lead. Gita sempat minder saat berhadapan dengan lawan-lawan yang lebih senior.
‘’Saya takut kalah. Baru pertama kali ikut lomba, ternyata lawan-lawan saya usia SMP. Alhamdulillah dapat juara harapan satu. Itu pengalaman yang paling mengesankan bagi saya,’’ terangnya.
Pengcab Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Lamongan kemudian mengikutsertakan Gita pada Kejuprov Panjat Tebing Jawa Timur 2019. Atlet yang tinggal di Desa Jotosanur, Kecamatan Tikung ini turun di nomor speed dan lead perorangan youth E Putri. Gita berhasil mendapatkan dua medali perunggu di dua nomor tersebut.
‘’Alhamdulillah nomor speed dapat juara tiga, yang nomor lead juga juara tiga,’’ ucapnya.
Hingga saat ini, Gita mengoleksi tujuh medali dan empat trofi dari berbagai kompetisi tingkat kabupaten maupun provinsi. Tahun lalu, Gita memeroleh bonus dari Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Lamongan. Bonus tersebut dimanfaatkan untuk membeli sepatu dan peralatan memanjat.
Menurut dia, hal yang terpenting dalam menekuni olahraga panjat tebing adalah tidak takut ketinggian. ‘’Pokoknya nggak perlu panik dan harus santai saat memanjat,’’ ujarnya.
Di antara nomor speed, lead, dan boulder yang pernah dicoba, Gita lebih suka berkompetisi di nomor speed. Alasannya, penilaian atlet berdasarkan kecepatan waktu mencapai puncak. Sedangkan di nomor lead dan boulder, atlet harus berpikir tentang jalur yang akan dilaluinya saat memanjat.
‘’Selain itu biar nggak capek,’’ imbuhnya sembari tersenyum.
Sebelum berkompetisi, Gita memastikan dirinya tidur dengan cukup, makan teratur, minum susu, sekaligus mengonsumsi vitamin. Saat ini, atlet berusia 11 tahun ini mengikuti program pemusatan latihan kabupaten (puslatkab) untuk persiapan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VII Jawa Timur 2022. Gita diplot memanjat di tiga nomor sekaligus.
‘’Porprov besok sepertinya main beregu di nomor speed, lead, dan boulder. Latihan hampir setiap hari. Untuk saat ini latihan fisiknya lebih banyak,’’ tuturnya.
Gita berharap dia bisa mewujudkan cita-citanya sebagai atlet panjat tebing internasional. (*/yan)