27.8 C
Bojonegoro
Friday, June 2, 2023

Melihat Rabu Menonton, Pemutaran Film Pendek Konsep Misbar

Gugah Anak Muda Tertarik Produksi Film

- Advertisement -

Program Rabu Menonton lahir agar bisa menjadi layar alternatif menayangkan film-film pendek. Agar paradigma masyarakat tidak terpaku film di bioskop. Film bisa dibuat dengan menyesuaikan bujet.

 

BHAGAS DANI PURWOKO, Radar Bojonegoro

 

INDUSTRI perfilman Indonesia memang telah berkembang begitu pesat. Namun, ada dua pemuda Bojonegoro ingin berkontribusi industri perfilman dari akar rumput. Sebab, paradigma masyarakat tentu hanya berkibat pada film-film diputar di bioskop. Sehingga tak jarang semangat produksi film itu rendah. Karena merasa bikin film itu butuh modal besar.

- Advertisement -

 

Karena itu, dua pemuda bernama Haryo Purwanto Tedjo Sukmono dan Aldias Hoppy itu menginisiasi membuat program bernama Rabu Menonton. Program tersebut membuat layar alternatif menayangkan film-film pendek diproduksi rumah produksi skala kecil. Konsepnya layar tancap gerimis bubar (misbar).

Rabu Menonton terselenggara kali pertama pada 21 September lalu. Tedjo mengaku kerja sama dengan Ndalem Lerem salah satu warung di Desa Tapelan, Kecamatan Kapas. Jawa Pos Radar Bojonegoro belum berkesempatan bertemu tatap muka dengan Tedjo, baru sebatas komunikasi melalui sambungan telepon kemarin (29/9).

 

“Rencananya lokasi Rabu Menonton akan fokus di bagian outdoor warung Ndalem Lerem dulu. Targetnya dua minggu sekali. Jadi Rabu Menonton digelar lagi 5 Oktober,” kata pemuda kelahiran 1999 itu.

 

Menurutnya antusias anak muda datang di Rabu Menonton sudah lumayan. Sekitar 10 orang datang menonton dua film pendek pada 21 September lalu. Film pendek berjudul Joko & Bowo Reading Vol. 01 dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Halaman Akhir Suatu Surat Kabar dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN).

Tedjo perlu bikin Rabu Menonton karena merasa resah dengan lesunya produksi film di Bojonegoro. Sepengamatannya, film hasil produksi orang Bojonegoro hanya diikutkan lomba-lomba digelar pemerintah setempat. Jarang ada mendistribusikan film-film ke festival-festival film.

 

Sehingga harus ada banyak layar-layar alternatif, agar hasrat memproduksi film bisa tumbuh. Tetapi, Tedjo menggerakkan program Rabu Menonton perlahan tapi pasti. “Kami masih bertahap. Kami pun masih mengandalkan jejaring pertemanan secara getok tular,” bebernya.

 

Rabu Menonton tetap difokuskan wadah mengapresiasi film-film pendek. Juga sebagai media partner maupun distribusi film-film pendek. Ke depannya ketika basis penonton sudah terbentuk, harapannya bisa mengapresiasi film-film pendek itu dari penjualan tiket.

 

“Tentu tak menutup kemungkinan muncul ruang diskusi ketika datang Rabu Menonton,” ucap pemuda asal Kelurahan Kadipaten itu.

 

Tedjo dan Aldias telah bagi tugas. Tedjo bertugas mencari film-film pendek akan diputar di layar tancap. “Sedangkan Aldias tugasnya bikin konten-konten media sosial Rabu Menonton,” ungkap mahasiswa jurusan film Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang itu. (*/rij)

Program Rabu Menonton lahir agar bisa menjadi layar alternatif menayangkan film-film pendek. Agar paradigma masyarakat tidak terpaku film di bioskop. Film bisa dibuat dengan menyesuaikan bujet.

 

BHAGAS DANI PURWOKO, Radar Bojonegoro

 

INDUSTRI perfilman Indonesia memang telah berkembang begitu pesat. Namun, ada dua pemuda Bojonegoro ingin berkontribusi industri perfilman dari akar rumput. Sebab, paradigma masyarakat tentu hanya berkibat pada film-film diputar di bioskop. Sehingga tak jarang semangat produksi film itu rendah. Karena merasa bikin film itu butuh modal besar.

- Advertisement -

 

Karena itu, dua pemuda bernama Haryo Purwanto Tedjo Sukmono dan Aldias Hoppy itu menginisiasi membuat program bernama Rabu Menonton. Program tersebut membuat layar alternatif menayangkan film-film pendek diproduksi rumah produksi skala kecil. Konsepnya layar tancap gerimis bubar (misbar).

Rabu Menonton terselenggara kali pertama pada 21 September lalu. Tedjo mengaku kerja sama dengan Ndalem Lerem salah satu warung di Desa Tapelan, Kecamatan Kapas. Jawa Pos Radar Bojonegoro belum berkesempatan bertemu tatap muka dengan Tedjo, baru sebatas komunikasi melalui sambungan telepon kemarin (29/9).

 

“Rencananya lokasi Rabu Menonton akan fokus di bagian outdoor warung Ndalem Lerem dulu. Targetnya dua minggu sekali. Jadi Rabu Menonton digelar lagi 5 Oktober,” kata pemuda kelahiran 1999 itu.

 

Menurutnya antusias anak muda datang di Rabu Menonton sudah lumayan. Sekitar 10 orang datang menonton dua film pendek pada 21 September lalu. Film pendek berjudul Joko & Bowo Reading Vol. 01 dari Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan Halaman Akhir Suatu Surat Kabar dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN).

Tedjo perlu bikin Rabu Menonton karena merasa resah dengan lesunya produksi film di Bojonegoro. Sepengamatannya, film hasil produksi orang Bojonegoro hanya diikutkan lomba-lomba digelar pemerintah setempat. Jarang ada mendistribusikan film-film ke festival-festival film.

 

Sehingga harus ada banyak layar-layar alternatif, agar hasrat memproduksi film bisa tumbuh. Tetapi, Tedjo menggerakkan program Rabu Menonton perlahan tapi pasti. “Kami masih bertahap. Kami pun masih mengandalkan jejaring pertemanan secara getok tular,” bebernya.

 

Rabu Menonton tetap difokuskan wadah mengapresiasi film-film pendek. Juga sebagai media partner maupun distribusi film-film pendek. Ke depannya ketika basis penonton sudah terbentuk, harapannya bisa mengapresiasi film-film pendek itu dari penjualan tiket.

 

“Tentu tak menutup kemungkinan muncul ruang diskusi ketika datang Rabu Menonton,” ucap pemuda asal Kelurahan Kadipaten itu.

 

Tedjo dan Aldias telah bagi tugas. Tedjo bertugas mencari film-film pendek akan diputar di layar tancap. “Sedangkan Aldias tugasnya bikin konten-konten media sosial Rabu Menonton,” ungkap mahasiswa jurusan film Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang itu. (*/rij)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

Lebih Suka Belajar Bersama

Terus Bersinergi dengan Media


/