Jam terbang dan prestasi Rian Anton sebagai atlet binaraga sudah berskala internasional. Saat kejurnas, Rian wakili Jawa Timur dan menyabet medali emas. Tiket SEA Games 2023 Kamboja pun digenggam.
BHAGAS DANI PURWOKO, Radar Bojonegoro
PERALATAN fitnes tampak tertata di sudut rumahnya. Beragam barbel tergeletak di lantai. Sementara, Rian Anton tampak santai di ruang tamu. Ia menata waktu setelah baru pulang dari kompetisi internasional dan nasional selama dua minggu.
Jadwal kompetisinya cukup padat. Awal bulan mengikuti World Bodybuilding and Physique Sports Championships 2022 di Thailand. “Kejuaraan di Thailand itu kompetisi internasional kali pertama saya ikuti. Alhamdulillah dipercaya masuk timnas. Namun, belum bisa berikan medali untuk Indonesia,” tutur pria bertugas di satpol PP Bojonegoro tersebut.
Usai kompetisi di Thailand, pria tinggal di Desa Sendangrejo, Kecamatan Parengan, Tuban, itu mengikuti Kejurnas Binaraga dan Fitness 2022. Kompetisi berlangsung di Laga Tangkas Pakansari, Bogor. “Saya mewakili Jawa Timur,” tambahnya. Kelas yang Rian ikuti, baik kompetisi internasional maupun nasional ialah men’s sport over 170 centimeter.
Rian mejelaskan, kejurnas tersebut merupakan Babak Tabulasi Kualifikasi Pra PON 2024 Aceh-Sumatra dan SEA Games 2023 Kamboja. “Sehingga otomatis saya akan mewakili Indonesia mengikuti SEA Games 2023, tepatnya Mei. Sekarang tinggal menunggu SK turun,” tutur pria 40 tahun itu.
Lelaki kekar itu mengaku kaget pencapaiannya tersebut. Sebelumnya tidak pernah terpikirkan terjun kompetisi internasional. Sebab, binaraga ia geluti sebatas body contest. Sedangkan, pada 2020 terbentuk Persatuan Binaraga Fitness Indonesia (PBFI) dan ia tergabung organisasi tersebut.
“Akhirnya melalui PBFI itu, ada jalur sebagai atlet dengan beragam kompetisi bisa diikuti,” beber alumni siswa SMAN 3 Bojonegoro itu.
Rian fokus latihan rutin menjaga massa ototnya. Bahkan di dalam rumahnya ada beberapa alat kebugaran. “Tapi ya kadang latihan di pusat kebugaran di dekat rumah,” tutur pria bernama asli Slamet Harianto itu.
Ia menjelaskan, bahwa KONI pusat maupun Kemenpora lebih menekankan larangan penggunaan doping. Kerap kali binaraga tidak lolos tes doping. “Pihak pusat sudah memberi ultimatum apabila ada atlet binaraga terbukti positif pakai doping, SK PBFI akan dicabut,” ujar bapak dua anak tersebut.
Tapi, perihal doping ini tidak serta-merta kesalahan mutlak atlet. “Karena minum kopi berlebihan atau karena minum obat herbal bisa mengakibatkan hasil tes dopingnya positif. Selain tes, juga ada hakim akan memutuskan. Sehingga atlet harus bisa berikan klarifikasi,” jelasnya.
Adapun, Rian terjun sebagai atlet binaraga sejak 2002 atau sekitar 20 tahun silam. Motivasinya ingin hidup sehat dan bisa berprestasi sebagai binaraga. Meski cita-citanya usai lulus SMA sekitar 1998 ingin jadi anggota TNI telah pupus, tapi Rian optimistis jalan ia ambil. Pada 2005 hingga sekarang profesinya sebagai pegawai honorer satpol PP. (*/rij)