27.4 C
Bojonegoro
Wednesday, June 7, 2023

Membahagiakan Semua Warga

SEMARAK GREBEG SURO DESA MALO ke-6

- Advertisement -
Sujito, Kepala Desa/Kecamatan Malo. (Yuan Edo/RDR.BJN)

’’Sebelumnya kita sudah menggelar berbagai rangkaian acara. Untuk menghormati tradisi Desa Malo yang sudah turun temurun.’’

SUJITO, Kepala Desa/Kecamatan Malo

Akselerasi Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Sorak gembira warga Desa/Kecamatan Malo, Bojonegoro terdengar riuh menyambut arakan Grebeg Suro berlangsung Sabtu (27/8).

 

Tradisi itu sempat terhenti akibat pandemi Covid-19, arak-arakan Grebeg Suro kembali memadati jalanan desa setempat, kebahagiaan terpancar dari semua peserta dan warga yang menyaksikannya.

 

Arak-arakan terdiri delapan tumpeng raksasa yang dibawa oleh Rukun Tetangga (RT) dan sekolah desa setempat. Tumpeng terdiri dari berbagai hasil bumi dan jajanan.

- Advertisement -

 

Selain tumpeng, sebagian besar grup juga menyertakan marching band dalam arak-arakan mereka. Hal inilah yang membuat warga semakin antusias.

Tumpeng-tumpeng tersebut diarak mulai dari Dusun Sugih dan diantar ke Lapangan Desa Malo. Setelah itu, warga Desa Malo dan pengunjung disuguhi berbagai hiburan di antaranya marching band dan reog.

 

Kemudian pembagian 1001 berkat dari masyarakat Desa Malo. Hingga malam ada hiburan seni oklik, rebutan tumpeng raksasa, dan diakhiri dengan shalawatan dan doa bersama. Masyarakat terlihat begitu antusias dan bahagia dengan adanya acara ini.

 

Kepala Desa/Kecamatan Malo Sujito mengatakan, Grebeg Suro ini merupakan satu dari beberapa rangkaian tradisi yang dilaksanakan di desa. Tradisi grebeg merupakan puncak dari rangkaian adat istiadat dan budaya yang biasanya dilaksanakan masyarakat desa Malo ketika bulan Suro.

 

Masyarakat desa Malo masih memegang teguh tradisi leluhur. Hal ini guna melestarikan budaya Indonesia di tengah gempuran budaya luar.

 

‘’(Hari) Sabtu adalah puncak acara. Sebelumnya kita sudah menggelar berbagai rangkaian acara. Untuk menghormati tradisi Desa Malo yang sudah turun temurun,’’ ujarnya.

 

Grebeg ditujukan sebagai sarana doa bersama, untuk memaknai dan memperkuat jiwa spiritual masyarakat, setelah rangkaian-rangkaian tradisi yang ditujukan untuk mengenang leluhur dan sesepuh desa. Selain do’a bersama, ada manganan atau sedekah bumi biasanya diadakan di jum’at pahing di bulan Suro. Sujito menambahkan, sebelum manganan atau sedekah bumi ada kegiatan nguras sendang. Ini adalah tradisi asli desa Malo yang harus dilestarikan bersama.

 

Grebeg suro ini adalah acara puncak adat istiadat yang diniati bersama sebagai filosofi yang sangat bermanfaat untuk membangun jiwa dan spiritual masyarakat Desa Malo.

 

Sujito juga mengapresiasi masyarakat yang antusias dan rukun menyambut acara grebeg. Masyarakat Malo tumpah ruah di lapangan, tak peduli dengan latar belakang. Semua berbaur menjadi satu. ‘’Alhamdulillah acara puncak berlangsung aman dan lancar,’’ tuturnya.

 

Sementara itu, Ketua Panitia Grebeg Suro Malo Haryo Antoro mengucapkan terima kasih untuk masyarakat Desa Malo yang telah berpartisipasi aktif dalam mensukseskan acara ini.

 

Termasuk seribu satu berkat yang dibagikan, semua dari warga. ‘’Ngalap berkah kemarin (Sabtu) semua berkatnya adalah dari masyarakat kita,’’ ujarnya.

Pria akrab disapa Edo itu menambahkan, bahwa panitia juga sangat terbantu oleh peran Karang Taruna Desa Malo yang dengan sigap membantu mensukseskan acara tersebut.

 

Acara ini tidak hanya dihadiri oleh masyarakat desa Malo saja, tetapi desa lain di Kecamatan Malo, dan Kecamatan Kalitidu. Namun, hingga dari Cepu, Kabupaten Blora, Jawa tengah juga turut hadir memeriahkan.

 

Edo juga bersyukur acara ini berlangsung dengan aman dan tertib. ‘’Ini adalah bukti bahwa masyarakat Malo guyub rukun tentrem ayem toto raharjo makmur santoso gemah ripah loh jinawe,’’ tuturnya. (*)

HASIL BUMI: Berbagai hasil bumi Desa Malo sebagai kebutuhan pokok warga. (Yuan Edo/RDR.BJN)
Sujito, Kepala Desa/Kecamatan Malo. (Yuan Edo/RDR.BJN)

’’Sebelumnya kita sudah menggelar berbagai rangkaian acara. Untuk menghormati tradisi Desa Malo yang sudah turun temurun.’’

SUJITO, Kepala Desa/Kecamatan Malo

Akselerasi Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi

BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Sorak gembira warga Desa/Kecamatan Malo, Bojonegoro terdengar riuh menyambut arakan Grebeg Suro berlangsung Sabtu (27/8).

 

Tradisi itu sempat terhenti akibat pandemi Covid-19, arak-arakan Grebeg Suro kembali memadati jalanan desa setempat, kebahagiaan terpancar dari semua peserta dan warga yang menyaksikannya.

 

Arak-arakan terdiri delapan tumpeng raksasa yang dibawa oleh Rukun Tetangga (RT) dan sekolah desa setempat. Tumpeng terdiri dari berbagai hasil bumi dan jajanan.

- Advertisement -

 

Selain tumpeng, sebagian besar grup juga menyertakan marching band dalam arak-arakan mereka. Hal inilah yang membuat warga semakin antusias.

Tumpeng-tumpeng tersebut diarak mulai dari Dusun Sugih dan diantar ke Lapangan Desa Malo. Setelah itu, warga Desa Malo dan pengunjung disuguhi berbagai hiburan di antaranya marching band dan reog.

 

Kemudian pembagian 1001 berkat dari masyarakat Desa Malo. Hingga malam ada hiburan seni oklik, rebutan tumpeng raksasa, dan diakhiri dengan shalawatan dan doa bersama. Masyarakat terlihat begitu antusias dan bahagia dengan adanya acara ini.

 

Kepala Desa/Kecamatan Malo Sujito mengatakan, Grebeg Suro ini merupakan satu dari beberapa rangkaian tradisi yang dilaksanakan di desa. Tradisi grebeg merupakan puncak dari rangkaian adat istiadat dan budaya yang biasanya dilaksanakan masyarakat desa Malo ketika bulan Suro.

 

Masyarakat desa Malo masih memegang teguh tradisi leluhur. Hal ini guna melestarikan budaya Indonesia di tengah gempuran budaya luar.

 

‘’(Hari) Sabtu adalah puncak acara. Sebelumnya kita sudah menggelar berbagai rangkaian acara. Untuk menghormati tradisi Desa Malo yang sudah turun temurun,’’ ujarnya.

 

Grebeg ditujukan sebagai sarana doa bersama, untuk memaknai dan memperkuat jiwa spiritual masyarakat, setelah rangkaian-rangkaian tradisi yang ditujukan untuk mengenang leluhur dan sesepuh desa. Selain do’a bersama, ada manganan atau sedekah bumi biasanya diadakan di jum’at pahing di bulan Suro. Sujito menambahkan, sebelum manganan atau sedekah bumi ada kegiatan nguras sendang. Ini adalah tradisi asli desa Malo yang harus dilestarikan bersama.

 

Grebeg suro ini adalah acara puncak adat istiadat yang diniati bersama sebagai filosofi yang sangat bermanfaat untuk membangun jiwa dan spiritual masyarakat Desa Malo.

 

Sujito juga mengapresiasi masyarakat yang antusias dan rukun menyambut acara grebeg. Masyarakat Malo tumpah ruah di lapangan, tak peduli dengan latar belakang. Semua berbaur menjadi satu. ‘’Alhamdulillah acara puncak berlangsung aman dan lancar,’’ tuturnya.

 

Sementara itu, Ketua Panitia Grebeg Suro Malo Haryo Antoro mengucapkan terima kasih untuk masyarakat Desa Malo yang telah berpartisipasi aktif dalam mensukseskan acara ini.

 

Termasuk seribu satu berkat yang dibagikan, semua dari warga. ‘’Ngalap berkah kemarin (Sabtu) semua berkatnya adalah dari masyarakat kita,’’ ujarnya.

Pria akrab disapa Edo itu menambahkan, bahwa panitia juga sangat terbantu oleh peran Karang Taruna Desa Malo yang dengan sigap membantu mensukseskan acara tersebut.

 

Acara ini tidak hanya dihadiri oleh masyarakat desa Malo saja, tetapi desa lain di Kecamatan Malo, dan Kecamatan Kalitidu. Namun, hingga dari Cepu, Kabupaten Blora, Jawa tengah juga turut hadir memeriahkan.

 

Edo juga bersyukur acara ini berlangsung dengan aman dan tertib. ‘’Ini adalah bukti bahwa masyarakat Malo guyub rukun tentrem ayem toto raharjo makmur santoso gemah ripah loh jinawe,’’ tuturnya. (*)

HASIL BUMI: Berbagai hasil bumi Desa Malo sebagai kebutuhan pokok warga. (Yuan Edo/RDR.BJN)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/